TEORI-TEORI
PERILAKU KONSUMEN
Alasan mengapa seseorang membeli
merupakan faktor penting dalam menentukan program pemasaran perusahaan. Untuk
mengetahui dan memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku
konsumen dlm melakukan pembelian, perlu dipelajari teori perilaku konsumen.
Tidak ada teori perilaku konsumen yang
dapat diterima secara umum karena masing-masing hanya membahas bagian khusus
dari keseluruhan faktor pembentuk perilaku, sehingga penerapanya hanya bisa
dilakukanbuntuk situasi tertentu. Perilaku manusia merupakan fungsi dari
individu dan lingkungan. Individu memiliki kehendak dan lingkungan yang turut
menentukan apakah kehendak itu akan dilaksanakan atau tidak. Misalnyaalnya
seorang individu merasa lapar (faktor individu) ia melihat bahwa di seberang
jalan ada rumah makan (faktor lingkungan) individu terterik dan merasa cocok
dengan rumah makan itu ( interaksi individu dengan lingkungan) kemudian ia
membeli makanan dan makan di rumah makan tersebut (perilaku). Semua teori
perilaku konsumen merupakan variansi dari pola dasar tersebut. Secara skematis
pola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. TEORI EKONOMI MIKRO
Menurut
teori ini keputusan membeli merupakan hasil perhitungan ekonomisalnya rasional
yang sadar. Pembeli akan berusaha malkukan pembelian barang-barang yang akan
memberikan kegunaan atau memberikan kepuasan yang paling banyak sesuai dengan
keinginannya dan harga-harga relatif.
Teori
ekonomi mikro ini dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya Adam Smith yang
mengembangkan suatu doktrin pertumbuhan ekonomi yang didasakan atas prinsip
bahwa manusia dalam segala tindakanya didorong oleh kepentinganya sendiri.
Jeremy Bentham mengemukakan bahwa manusia adalah makluk yang mempertimbangkan
untung rugi dalam segala tindakanya.
Alfred
Marshall menyempurnakan teori ini menjadi teori yang sekarang dikenal dengan
teori kepuasan modern. Menurut teori ini setiap konsumen akan berusaha
mendapakan kepuasan maksimal, dan konsumen akan meneruskan pembeliannya
terhadap suatu produk bila ia mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang
telah dikonsumsinya, dimana kepuasan yang didapakan sebanding atau lebih besar
dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa
produk lain melalui perhitungan yang cermat terhadap konsekwensi pembelian.
Asumsi dari teori ini adalah
:
a. konsumen selalu mencoba
memaksimumkan kepuasannya dlm batas-batas kemampuan finansialnya.
b. konsumen mempunyai
pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
c. konsumen selalu bertindak
rasional.
Teori ini umumnya ditolak
karena kenyataanya tidak ada orang yang sebelum membeli barang tertentu
terlebih dahulu menghitung teliti marginal utility barang tersebut dan
membandingkanya dengan marginal utility dengan barang lain. Teori ini hanya
memasukkan faktor ekonomi sebgai variabel pembentuk perilaku sedangkan
faktor-faktor lain yang sebenarnya turut membentuk perilaku tidak dimasukkan
dalam teori ini.
2. TEORIPSIKOLOGIS.
Teori psikologi mendasarkan
diri pada faktor-faktor psikologis individu yang selalu dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan lingkungan. Perilaku manusia sangat komplek karena proses
mental tidak dapat diamati secara langsung. Model dasar dalam mempelajari
manusia dapat digambarkan sebagai berikut:
Kesimpulan
Stimuli atau rangsangan-rangsangan yang dapat ditangkap dengan
panca indaria merupakan input yang akan diproses oleh proses mental sehingga
menghasilkan output berupa perilaku. Proses mental merupakan sebuh proses yang
sangat komplek sehingga sulit digambarkan oleh karenanya sering disebut sebagai
black box.
a. Teori Belajar.
Teori
belajar dikembangkan dari berbagai percobaan pada sejumlah binatang yang
dilakukan oleh ahli-ahli psikologi seperti Ivan Pavlov, Skinner dan Hull. Teori
ini didasarkan atas empat komponen pokok yi: (1) drive (dorongan), (2) cue (petunjuk),
(3) respon (tanggapan), (4) reinforcement (penguat).
Drive (kebutuhan/motif)
adalah stimuli (rangsangan) kuat dalam diri seseorang yang memaksanya untuk
bertindak. Drive dpt dibedakan mjd dorongan yang bersifat fisiologis seperti;
lapar, haus, seks, dan dorongan yang bersifat hasil proses belajar (learning
dariive) misalnya; takut, senang dan sebagainya.
Cue merupakan stimuli yang
lebih lemah, yang menentukan kapan, dimana, dan bgm tanggapan subyek.
Respon
merupakan reaksi seseorang terhadap berbagai petunjuk. Reinforcement terjadi
bila perilaku individu terbukti dapat menghasilkan kepuasan. Perilaku individu
akan terulang bila reinforcement positif dan tidak terulang jika negatif. Untuk
memperjelas konsep diatas akan diberikan ilustrasi sbg. Anton seorang wisatawan
dari Medan sedang berkeliling kota Jogja. Ia mengendarai mobil sewaan sambil
mendengarkan musik dari radio. Karena dari pagi tadi belum makan sekarang ia
merasa lapar (dariive). Ia mendengar berbagai informasi tentang rumah
makan yang ada di Yogyakarta dari radio (clue) ketika melintas di Jl.
Janti ia melihat baleho “Ayam Goreng Suharti” (clue) yang mengarahkan ia
untuk makan disitu. Dengan mempertimbangkan informasi dari radio dan baleho
yang ia lihat akirnya ia memutuskan untuk makan di RM Ayam Goreng Suharti (respon).
Selesai makan ia merasa bahwa menunya sangat lezat (reinforcement positif)
ia berfikir kalau ke Jogja lagi akan menyempatkan diri mampir ke rumah makan
tersebut. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk minta bon, ia sedikit kaget
karena ia merasa harganya cukup mahal (reinforcement negatif) yang
akhirnya ia harus berfikir dua kali kalau mau makan di rumah makan itu lagi.
Beberapa teori yang dp menjelaskan
penafsiran dan peramalan proses bejar konsumen adalah:
1) Stimulus Response
Theory (Teori rangsangan - tanggapan)
Menurut teori ini proses belajar merupakan suatu tanggapan dari
seseorang (binatang) terhadap suatu rangsangan yang dihadapinya. Sebuah
percobaan dilakukan terhadap seekor anjing dengan memeberikan rangsangan. Jika
anjing memberikan respon yang benar sesuai yang dikehendaki makan diberi hadiah
berupa daging, jika tangapan salah maka diberi hukuman yaitu dipukul.
Rangsangan tersebut diulang-ulang sampai mendapatkan respon yang sama secara
terus menerus. Akhirnya ketika muncul rangsangan yang sama anjing tersebut
memberikan respon yang sama meskipun tidak diberi hadiah. Dengan demikian
disini terdapat perilaku yang dipelajari (leanerd behavior). Watson
menerapkan teori ini pada bidang periklanan. Ia berpendapat untuk mendapatkan
tanggapan dari konsumen perlu mengadakan iklan terus menerus agar; (1) konsumen
tidak lupa, (2) memperkuat tanggapan.
2) Cognitive Theory (Teori
Kesadaran)
Teori S – R menyatakan bahwa perilaku merupakan respon positif
atau negatif, dan tidak ada variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya.
Dalam teori kesadaran proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
1. sikap
2. keyakinan
3. pengalaman masa lalu
4. kesadaran mengenai bgm
memanfaatkan suatu keadaan untuk mencapai tujuan.
Teori kesadaran lebih menekankan pada proses pemikiran seseorang
yang sangat menentukan pola perilakunya.
3) Gestalt dan Field Theory (Teori Bentuk dan Bidang)
Gestalt
(Jerman) berarti pola, bentuk, ujud. Teori ini memandang proses belajar dan
perilaku scr keseluruhan. Teor i ini didasarkan pada percobaan-2 yang
membuktikan bhw rangsangan individual diterima dan diartikan berdasarkan pengalaman
masa lalu. Proses pengamatan, pengalaman masa lalu, dan pengarahan tujuan
merupakan variabel penentu perilaku.
Kurt Lewin menyempurnakan gestalt theory, ia mengemukakan field
teory. Field teory mengemukakan bahwa perilaku scr umum adalah hasil interaksi
yang nampak antara individu dan lingkungan psikologis. Lingkungan psikologis
adalah bagian dari ruang hidup. Tekanan dari teori ini adalah pentingnya
interaksi manusia dgn ruang hidupnya, atu dgn lingkungan psikologisnya yang dpt
mempengaruhi perilaku dan memuaskan kebutuhanya. Rangsangan akan diterjemahkan
berdasarkan lingkungan psikologisnya. Misalnya dalam iklan obat aktor iklan
berpakaian putih (seperti pakaian dokter) maka seseorang akan cenderung
menterjemahkan bahwa aktornya adalah seorang dokter.
3. Teori Psikoanalitis
Dasar teori
ini adalah teori psikoanalisa dari Sigmen Freud. Perilaku manusia merupakan
kerjasama dari ketiga aspek dlm struktur kepribadian manusia yi; (1) id (das
es), (2) ego (das ich), (3) super ego (das veber ich).
Id adalah
aspek biologis merupakan wadah dari dorongan-2 yang ada dlm diri manusia. Id
hanya mengenal dunia obyektif (dunia batin). Misalnya, rasa lapar dalam id
dapat dipuaskan baik dengan mengkhayalkan makan maupun makan sungguhan.
Ego adalah
aspek psikologis dari kepribadian dan timbul krn kebutuhan organisme untuk
berhubungan dgn dunia kenyataan. Ego mjd tempat pusat perencanaan unt menemukan
jalan keluar bagi dorongan-2 yang terdapat dlm “id”nya. Ego dpt membedakan
sesuatu yang hanya ada di dlm batin dan susuatu yang ada di duni luar.
Super ego
merupakan aspek sosiologis dari kepribadian. Aspek ini dpt dianggap sbg aspek
moral dari kepribadian yang menyalurkan dorongan naluriah ke dlm tindakan yang
tdk bertentangan dgn norma sosial dan adat kebiasaan.
4. Teori Sosiologis
Teori ini
disebut juga psikologi sosial. Teori ini menitikberatkan pada hubungan dan
pengaruh antara individu-2 yang dikaitkan dgn perilaku mereka, jadi lebih
mengutamakan perilaku klp. Teori ini memandang manusia sebagai social animal
yang menyesuaikan diri dengan bentuk kultur lingkungan hidupnya. Keinginan
dan perilaku seseorang sebagian besar ditentukan oleh lingkungan sosial dimana
seseorang menjadi anggotanya. Teori sosiologis mengarahkan analisa perilaku
pada kegiatan-2 klp, seperti keluarga, teman sekerja, dan sebagainya.
5. Teori Atropologis
Teori ini menekankan bahwa sikap dan
perilaku manusia dipengaruhi berbagai kelompok masyarakan yg besar spt; kultur,
subkultur, dan kelas-2 sosial. Faktor-faktor tersebut memainkan pernan yang
amat penting dalam pembentukan sikap dan menentukan nilai-nilai yang akan
dianut dimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilakunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah Kasih atas Kunjungan Anda...