MENGANALISIS PASAR BISNIS
I. PENDAHULUAN
Pasar
bisnis terdiri dari semua organisasi yang memperoleh barang dan jasa yang
digunakan dalam memperoduksi barang dan jasa lain yang dijual, disewakan, atau
dipasok kepada pihak lain.
Industri
utama yang membentuk pasar bisnis adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan;
pertambangan, perusahaan manufaktur, konstruksi, transportasi, komunikasi,
sarana umum, perbankan, keuangan, dan asuransi, distribusi serta jasa lain.
Semakin
banyak uang dan jenis produk yang terlibat dalam penjualan ke para pembeli bisnis
dibandingkan penjualan ke para pembeli konsumen.
Dalam
pasar bisnis akan timbul persaingan dengan banyaknya produsen-produsen yang
menawarkan produk barang dan jasa yang mereka hasilkan kepada para konsumen.
Persaingan dalam dunia bisnis semakin semarak dalam dewasa ini, pemasaran
global membuat perusahaan-perusahaan harus berusaha bagaimana mampu bersaing
dengan perusahaan lain yang menjadi pesaingnya.
Dengan
adanya persaingan dalam pasar bisnis maka setiap perusahaan akan melakukan
langkah-langkah dalam melakukan proses produksi dalam menghasilkan suatu barang
dan jasa yang berkualitas dan bermutu sehingga dapat menarik minat dan
keinginan para konsumen untuk memilikinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara
sederhana pengertian dari Pasar adalah tempat pertemuan antara pembeli dan
penjual yang dapat menimbulkan terjadinya transaksi jual beli barang maupun
jasa. Ada beberapa model struktur pasar yaitu :
1.
Monopoli adalah model struktur pasar yang dapat terjadi apabila
hanya satu produsen atau penjual untuk suatu produk tertentu dan tidak ada
produk subtitusi. Selain itu bisa kukuh terjadi apabila terdapat hambatan
masuk industri yang tinggi.
2.
Oligopoli
adalah model struktur pasar yang dapat terjadi apabila hanya ada beberapa
produsen yang menghasilkan suatu produk. Dalam situasi yang oligopolistik,
kebijakan salat satu perusahaan akan berpengaruh terhadap perusahaan lain.
3.
Persaingan monopolistik
adalah model struktur pasar yang terdiri dari banyak produsen yang menjual
produk beragam, dalam pasar ini strategi penetapan harga oleh produsen dalam
pasar persaingan monopolistik tergantung pada tingkat kekhasan produknya.
4.
Persaingan sempurna atau pasar
persaingan murni adalah model struktur pasar yang mengandung kekuatan
permintaan dan penawaran yang dapat digunakan untuk menentukan harga, produsen
tidak menentukan harga semaunya. Dalam pasar ini terdapat banyak Pesaing dan
banyak menghasilkan barang yang sama sehingga produsen harus mengikuti tingkat
dan arah pasar.
Dalam
perkembangannya kata “Pasar” oleh para pelaku pasar memberi imbuhan
sehingga dalam dunia pasar muncul kata “Pemasaran”. Pemasaran
adalah kegiatan usaha yang selalu berhubungan dengan mengalirnya barang dan
jasa dari produsen ke tangan konsumen.
Secara lebih luas Pemasaran adalah
segala usaha peningkatan tentang keingginan dan kebutuhan para konsumen
terhadap barang-barang dan jasa. Dengan kata lain bahwa Pemasaran itu
adalah sebagai usaha untuk menciptakan dan mengarahkan standar hidup untuk
kepentingan konsumen terhadap barang-barang dan jasa dengan tujuan untuk
memperoleh rasa kepuasan.
Menurut Philip Kotler, Pemasaran
adalah serangkaian kegiatan manusia yang ditujukan untuk memperlancar serta
menyempurnakan pertukaran. Definisi pemasaran pendapat Philip Kotler
mengandung pengertian :
1.
Adanya kegiatan manusia. Segala macam pertukaran dan
kegiatan produksi adalah merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh manusia.
2.
Adanya yang dipertukarkan. Objek pertukaran adalah barang,
jasa, uang, perhatian, waktu, energi dan lain sebagainya.
3.
Adanya pembeli dan penjual. Dalam masalah ini perlu
diperlukan :
-
Adanya dua kelompok atau lebih yang perlu di perhatikan
terhadap pertukaran barang dan jasa.
-
Setiap yang dipertukarkan harus mempunyai nilai bagi
kepentingan yang lainnya.
-
Setiap pihak harus mampu berkomunikasi dan menyerahkan
barang-barangnya dan jasa.
Menurut D. W. Foster, mendefinisikan Pemasaran
adalah suatu proses yang sistematik, berurutan dari perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan usaha. Pemasaran adalah suatu filsafat yang
menyatakan bahwa perusahaan harus dipengaruhi oleh pasarnya (oleh konsumennya)
dan bukan oleh fasilitas produksi atau tehnik yang dimilikinya.
Sedangkan
menurut William J. Stanton mendefinisikan bahwa Pemasaran
adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, memproduksikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensi.
III. PERMASALAHAN POKOK
Dalam
makalah ini akan diuraikan beberapa materi atau pokok bahasan untuk menjawab
beberapa pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1.
Apa yang disebut pasar bisnis, apa bedanya dengan pasar
konsumen ?
2.
Situasi pembelian yang bagaimana yang dihadapi para pembeli
organisasi ?
3.
Siapa yang ikut serta dalam proses pembelian bisnis ke
bisnis ?
4.
Apa pengaruh besar pada para pembeli organisasi ?
5.
Bagaimana cara pembeli bisnis membuat keputusan ?
6.
Bagaimana cara pembeli kelembagaan & badan pemerintah
melakukan pembelian ?
Semua
pertanyaan-pertanyaan di atas akan dilakukan pembahasan untuk mengetahui
tingkat pasar bisnis yang terjadi pada masyarakat global sekarang ini.
IV. PEMBAHASAN PERMASALAHAN POKOK
1.
Pasar bisnis dan pasar konsumen
Pasar
bisnis merupakan suatu tempat dimana produsen-produsen melakukan penawaran
barang dan jasa kepada para konsumen denggan strategi-strategi pemasaran yang
handal untuk mempengaruhi konsumen agar dapat memiliki barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen tersebut.
Pasar
bisnis memiliki beberapa ciri yang sangat berbeda dengan pasar konsumen :
-
Pembeli lebih sedikit : Pemasar
bisnis biasanya menangani jau lebih sedikit pembeli daripada yang dilakukan
pemasar konsumen. Seperti nasib yang dialami oleh Goodyear Tire Company sangat
bergantung pada perolehan kontrak dari beberapa pabrik pembuat mobil utama.
-
Pembelinya lebih besar :
Beberapa perusahaan besar melakukan hampir seluruh pembelian dalam
industri-industri seperti mesin pesawat terbang dan alat pertahanan.
-
Hubungan pemasok-pembeli bisnis erat
: Karena jumlah pembeli bisnisnya lebih sedikit dan tingkat kepentingan serta
kekuatan pembeli bisnisnya lebih besar, para pemasok sering diharapkan dapat
menyesuaikan tawaran mereka dengan kebutuhan masing-masing pembeli bisnis
bisnis. Kadang-kadangg para pembeli menuntut penjual supaya mengubah praktik
dan kinerja mereka. Dalam tahun-tahun terakhir, hubungan antara pelangggan dan
pemasok telah berubah dari benar-benar bermusuhan menjadi erat dan akrab.
-
Para pembeli terkonsentrasi geografisnya
: Lebih dari setengah pembeli bisnis terkonsentrasi di tujuh Negara bagian :
New York, California, Pennsylvania, Illinois, Ohio, New Jersey dan Michigan.
Konsentrasi geografis produsen itu membantu menurunkan biaya penjualan. Pada
saat yang sama, para pemasar bisnis perlu memantau perpindahan tri-industri
tertentu ke wilayah lain.
-
Permintaan turunan :
Permintaan atas barang bisnis benar-benar berasal dari permintaan atas barang
konsumsi. Karena alasan itu, para pemasar bisnis harus secara dekat memantau
pola pembelian konsumen akhir.
-
Permintaannya tidak elastis :
Permintaan total atas berbagai barang dan jasa bisnis bersifat tidak elastis –
yaitu, tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan harga.
-
Permintaannya berfluktuasi :
Permintaan atas barang dan jasa bisnis cenderung lebih mudah diubah-ubah
dibandingkan permintaan atas barang dan jasa konsumsi.
- Pembelian profesional : Barang
bisnis dibeli oleh agen (petugas) pembelian yang terlatih, yang harus mengikuti
kebijakan, batasan, dan persyaratan pembelian organisasi.
Para pembeli professional menghabiskan waktu karir mereka
dengan mempelajari cara melakukan pembelian yang lebih baik. Banyak di antara
mereka yang menjadi anggota National Association of Purchasing Managers (NAPM),
yang berusaha meningkatkan efektivitas dan status pembeli professional. Hal itu
berarti bahwa para pemasar bisnis harus menyediakan data teknis yang lebih
banyak tentang produk mereka serta keunggulan produk tersebut atas produk para
Pesaing,
2.
Situasi pembelian pasar bisnis
Pembeli
bisnis menghadapi banyak keputusan dalam melakukan pembelian. Jumlah keputusan
tersebut bergantung pada situasi pembelian. Patric Robinson dan rekan-rekannya
membedakan tiga jenis situasi pembelian : pembelian ulang langsung, pembelian
ulang modifikasi, serta tugas baru.
-
Pembelian ulang langsung :
Pembelian ulang langsung adalah situasi pembelian di mana departemen pembelian
yang memesan ulang secara rutin (contoh : perlengkapan kantor, bahan kimia
dalam jumlah besar).
-
Pembelian ulang modifikasi :
Pembelian ulang modifikasi adalah situasi di mana pembeli ingin memodifikasi
spesifikasi produk, harga, syarat pengiriman, atau syarat lain. Pembelian ulan
modifikasi biasanya melibatkan tambahan peserta pembuat keputusan di pihak
pembeli dan penjual.
- Tugas pembelian baru : Tugas
pembelian baru adalah situasi pembelian di mana pembeli membeli produk atau
jasa untuk pertama kalinya (contoh : gedung kantor, system pengaman baru).
Semakin besar biaya atau risiko, semakin besar jumlah peserta pengambil
keputusan dan semakin besar pula pengumpulan informasi mereka, dan karena itu
semakin lama waktu yang digunakan untuk penyelesaian keputusan.
Pembelian tugas baru melewati beberapa tahap : kesadaran,
minat, evaluasi, uji coba, dan pemakaian. Efektivitas peralatan komunikasi
berbeda-beda dalam tiap tahap. Media massa sangat berperan penting pada
permulaan tahap kesadaran, wiraniaga memiliki dampak terbesar pada tahap minat,
dan sumber teknis paling penting selama tahap evaluasi.
Para pembeli bisnis membuat lebih sedikit keputusan dalam
situasi pembelian ulang langsung dan membuat paling banyak keputusan dalam
situasi tugas baru. Dalam situasi tugas baru, pembeli harus menentukan
spesifikasi produk, batas harga, syarat dan waktu pengiriman, syarat servis,
syarat pembayaran, jumlah pesanan, pemasok yang memenuhi syarat, serta pemasok
yang dipilih. Peserta pengambil keputusan yang berbeda-beda mempengaruhi setiap
keputusan, dan pesanan akan menjadi berbeda-beda bergantung pada siapa yang
mengambil keputusan. Situasi tugas baru merupakan peluang dan tantangan
terbesar pemasar. Pemasar tersebut berusaha meraih sebanyak mungkin orang yang
berpengaruh besar dalam pembelian dan memberikan informasi serta bantuan yang
bermanfaat.
3.
Peserta proses
pembelian bisnis
Siapa yang melakukan pembelian trilyunan dolar barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh organisasi bisnis ? Para petugas pembelian memiliki
pengaruh dalam situasi pembelian ulang langsung dan pembelian ulang modifikasi,
sementara orang-orang di departemen lain berpengaruh dalam situasi pembelian
baru. Orang-orang teknik biasanya memiliki pengaruh utama dalam memilih
komponen produk, dan petugas pembelian dominan dalam memilih pemasok.
Webster dan Wind menamakan unit pengambil keputusan di
organisasi tertentu yang melakukan pembelian sebagai pusat pembelian. Pusat
pembelian terdiri dari ”semua individu dan kelompok yang berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan, yang memiliki beberapa sasaran umum yang sama dan
bersama-sama menanggung resiko yang timbul dari keputusan tersebut.” Pusat
pembelian terdiri dari semua anggota organisasi yang memainkan salah satu dari
tujuh peran dalam proses keputusan pembelian.
- Pencetus (initiators) : Mereka yang
meminta untuk membeli sesuatu. Mereka bisa saja merupakan pemakai atau pihak
lain dalam organisasi.
- Pemakai (users) : Mereka yang akan memakai barang atau
jasa tertentu. Dalam banyak kasus, pemakai mengajukan proposal pembelian dan
membantu menetapkan persyaratan produk.
- Pemberi pengaruh (influencers) : Orang-orang
yang mempengaruhi keputusan pembelian. Mereka sering membantu merumuskan
spesifikasi dan juga memberikan informasi untuk mengevaluasi alternatif.
Orang-orang teknik merupakan pemberi pengaruh yang penting.
- Pengambil keputusan (deciders) : Orang yang
memutuskan persyaratan produk dan pemasok.
- Pemberi persetujuan (approvers) : Orang yang
mengotorisasi / menyetujui tindakan yang diusulkan oleh pengambil keputusan
atau pembeli.
- Pembeli (buyers) : Orang yang
memiliki wewenang formal untuk memilih pemasok dan menyusun syarat pembelian.
Para pembeli dapat membantu menyusun spesifikasi produk, namun peran utama
mereka adalah memilih pemasok dan bernegosiasi. Dalam pembelian yang lebih
rumit, para pembeli mungkin mencakup manajer tingkat tinggi.
- Penjaga gerbang (gatekeepers) : Orang-orang
yang memiliki kekuasaan untuk mengahalangi penjual dan informasi sehingga tidak
dapat menjangkau anggota pusat pembelian. Contohnya, agen/petugas pembelian,
penerma tamu, dan penerima telepon mungkin menghalangi wiraniaga untuk
menghubungi pemakai atau pengambil keputusan.
Rata-rata jumlah orang yang terlibat dalam keputusan
pembelian berkisar antara tiga orang (untuk jasa dan barang yang digunakan
dalam operasi sehari-hari) hingga sekitar lima orang (untuk pembelian yang
bernilai tinggi seperti pekerjaan konstruksi dan mesin).
4.
Pengaruh utama
terhadap keputusan pembelian organisasi
Para pembeli bisnis menanggapi banyak pengaruh saat
mereka mengambil keputusan pembelian. Jika tawaran pemasok sama, para pembeli
bisnis dapat memenuhi tuntutan pembeliannya dari pemasok mana pun, dan mereka
lebih mengutamakan pemasok yang memberikan perlakuan pribadi kepada mereka.
Jika tawaran pemasok berbeda secara substansial, para pembeli bisnis
bertanggung jawab atas pilihan mereka dan memberi perhatian yang lebih besar
pada faktor-faktor ekonomi.
Para pembeli bisnis menanggapi empat pengaruh utama :
faktor lingkungan, faktor organisasi, faktor antarpribadi, dan faktor pribadi.
Berikut ini akan diuraikan tentang empat pengaruh utama yang mempengaruhi
keputusan pembelian organisasi :
Ø
Faktor
Lingkungan
- Para pembeli
bisnis memberi perhatian yang besar pada faktor-faktor ekonomi yang sedang
berlangsung atau yang diperkirakan, seperti level produksi, investasi,
pengeluaran konsumen, dan tingkat suku bunga. Pada masa resesi, pembeli bisnis
mengurangi investasi untuk pabrik, peralatan, dan persediaan. Para pemasar
bisnis hampir tidak dapat melakukan apa-apa untuk merangsang permintaan total
di dalam lingkungan itu. Mereka hanya dapat berjuang keras untuk meingkatkan
atau mempertahankan pangsa permintaan mereka.
Para pembeli bisnis secara aktif memantau perkembangan
teknologi, peraturan pemerintah, dan persaingan. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi faktor lingkungan dalam proses pembelian organisasi antara lain :
1. Tingkat
permintaan
2. Ramalan ekonomi
3. Tingkat bunga
4. Tingkat
perubahan teknologi
5. Perkembangan
politik dan peraturan
6. Perkembangan
persaingan
7. Perhatian pada
tanggung jawab sosial masyarakat.
Ø
Faktor
Organisasi
Setiap organisasi memiliki tujuan, kebijakan, prosedur,
struktur organisasi, dan sistem yang spesifik. Dalam faktor organisasi terdapat
beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses pembelian antara lain :
- Peningkatan kelas departemen pembelian. Organisasi atau departemen pembelian baru yang strategis lebih
berorientasi pada pembelian yang telah berubah dari gaya lama ”departemen
pembelian (purchasing departements)” dengan penekanan pada pembelian dengan
biaya terendah menjadi ”departemen perbekalan (procurements departements)”
dengan misi mencari nilai terbaik dari pemasok yang lebih sedikit namun
mempunyai kualitas yang lebih baik.
- Peran lintas fungsi. Para pemasar
bisni yang melakukan pembelian dengan tidak memandang jabatan atau struktur
tugas mereka dalam melakukan proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian
barang maupun jasa.
- Pembelian terpusat. Dalam
perusahaan besar dan berskala nasional maupun internasional melakukan pembelian
barang dan jasa dengan proses pembelian dan pengadaan barang atau jasa yang
dibutuhkan oleh satu unit kecil maka akan dilakukan oleh satu unit yang
levelnya lebih tinggi daripada unit yang membutuhkan. Namun terkadang ada
beberapa perusahaan hanya melakukan droping dana ke perusahaan yang membutuhkan
barang maupun jasa kemudian unit yang membutuhkan dapat memakai anggaran tersebut
untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.
- Pembelian terdesentralisai atas barang yang nilainya kecil. Biasanya terdapat perusahaan mengurangi pemusatan
beberapa operasi pembelian dengan memberdayakan para pegawai untuk membeli
barang-barang yang bernilai kecil seperti alat penjepit, pembuat kopi, dan
lain-lain.
- Pembelian melalui internet. Seiring dengan
perkembangan teknologi sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan yang
melakukan proses pembelian lewat fasilitas yang dinamakan INTERNET yang
menyediakan banyak kemudahan dan kelebihan dengan proses yang lebih praktis dan
cepat sehingga proses pembelian dapat dilakukan sendiri melalui dunia INTERNET
atau biasa juga disebut dunia MAYA yang berbasis teknologi.
Faktor-faktor organisasi lain yang dapat mempengaruhi
proses pembelian sebagai berikut :
1.
Kontrak jangka
panjang
2.
Evaluasi
kinerja pembelian dan perkembangan profesi pembeli
3.
Membaiknya
manajemen rantai pasokan
4.
Produksi yang
ramping
Ø
Faktor
antar-pribadi dan pribadi
Pusat pembelian biasanya terdiri dari beberapa peserta
dengan minat, wewenang, status, empati, dan daya bujuk yang berbeda-beda. Para
pemasar bisnis cenderung tidak mengetahui dinamika kelompok seperti apa yang
muncul selama proses keputusan pembelian, walaupun semua informasi yang dapat
ditemukannya tentang faktor kepribadian dan antar-pribadi akan bermanfaat.
Tiap-tiap pembeli memiliki motivasi, persepsi, dan
preferensi pribadi yang dipengaruhi oleh umur, penghasilan, pendidikan,
jabatan, kepribadian, sikap terhadap resiko, dan budaya pembeli tersebut. Para
pembeli dengan pasti menunjukkan gaya yang ”ahli,” pembeli yang ”ingin yang
terbaik,” dan pembeli yang ”ingin semuanya beres.” Bebarapa pembeli muda yang
berpendidikan tinggi terdiri dari pakar komputer yang mengadakan analisis
mendalam atas sejumlah proposal yang bersaing sebelum memilih pemasok. Pembeli
lain adalah ”orang kuat” dengan pengalaman yang sudah lama yang mengadu-domba
para penjual yang bersaing.
5.
Pembeli bisnis
membuat keputusan dalam perekonomian baru
Biasanya dalam perekonomian baru, para pemasar bisnis
melakukan terobosan-terobosan baru untuk menarik hati pembeli bisnis dalam
memenuhi apa yang mereka butuhkan sehingga mereka akan mencari
alternatif-alternatif yang dapat memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Sebagai
contoh mereka melakukan pencarian situs-situs katalog barang maupun jasa yang
disediakan oleha para pemasar bisnis lewat media yang dinamakan INTERNET.
Dengan cara ini para pembeli bisnis dapat :
- Memangkas biaya
transaksi baik bagi pembeli dan pemasok
- Mengurangi
waktu antara pemesanan dan penyerahan
- Mengkonsolidasikan
sistem pembelian
- Mengurangi
kerja buruh dan kerja administrasi
- Membangun
hubungan yang lebih akrab antara mitra dan pembeli
- Menciptakan
keamanan bertransaksi.
Para pembeli bisnis membeli barang dan jasa untuk
menghasilkan uang, atau untuk mengurangi biaya operasi dalam proses pembelian,
atau untuk memenuhi kewajiban sosial atau hukum.
Pada prinsipnya, para pembeli bisnis berusaha memperoleh
paket manfaat tinggi (ekonomi, teknik, jasa, dan sosial) yang paling atas harga
tawaran pasar. Semakin besar pendorong pembelian pembeli bisnis, semakin besar
rasio antara manfaat yang dipikirkan terhadap biaya yang timbul, semakin besar
nilai yang dipikirkan. Tugas pemasar adalah menempatkan tawaran yang memberikan
nilai pembeli bisnis yang unggul kepada para pembeli sasaran.
Kita dapat membedakan tiga orientasi pembelian perusahaan
antara lain :
1.
Orientasi
pembelian. Fokus pembelian bersifat jangka
pendek dan sangat taktis. Para pembeli diberi imbalan karena kemampuannya
mendapatkan harga paling rendah dari pemasok atas level mutu dan ketersediaan
tertentu.
2.
Orientasi
pengadaan. Di sini para pembeli secara serempak
mengusahakan perbaikan mutu dan penurunan harga beli. Para pembeli mengembangkan
hubungan kolaboratif dengan para pemasok utama dan mencari penghematan melalui
perbaikan manajemen pengadaan, pengolahan bahan, dan biaya pembuangan.
3.
Orientasi
manajemen rantai pasokan. Di sini peran
pembelian diperluas menjadi operasi peningkatan nilai yang bersifat lebih
strategis. Perusahaan tersebut memusatkan perhatian pada cara memperbaiki
keseluruhan rantai nilai dari bahan mentah hingga ke pengguna akhir.
Jenis-jenis proses pembelian
Para pemasar perlu memahami cara kerja sejumlah departemen pembelian.
Departemen itu membeli banyak jenis produk, dengan menggunakan proses pembelian
yang berbeda-beda. Peter Kraljic membedakan empat proses pembelian yang
berhubungan dengan produk :
1.
Produk rutin : Produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya yang rendah
bagi pembeli bisnis dan risikonya kecil (misalnya perlengkapan kantor). Para
pembeli bisnis akan mencari harga yang paling rendah dan menekankan pada
pemesanan rutin. Para pemasok akan menawarkan untuk menstandarkan dan
memperbesar pesanan melalui kontrak-kontrak borongan dan manajemen fasilitas.
2.
Produk-produk
bernilai tinggi (leveraged product) :
Produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya yang tinggi bagi pembeli bisnis
tetapi risiko pasokannya kecil (misalnya piston mesin) karena banyak perusahaan
membuatnya. Pemasok tertentu tahu bahwa pembeli bisnis akan membandingkan
sejumlah tawaran dan harga pasar, dan ia perlu memperlihatkan bahwa tawarannya
mampu meminimalkan biaya total pembeli bisnis.
3.
Produk-produk
strategis. Produk-produk ini memiliki nilai dan
biaya yang tinggi bagi pembeli bisnis dan juga tinggai risikonya (misalnya,
komputer mainframe). Pembeli bisnis akan menginginkan pemasok yang dikenal baik
dan dipercaya serta ingin membayar harga lebih dari harga rata-rata. Pemasok
tersebut harus mencari aliansi strategis yang berbentuk keterlibatan pemasok
sejak dini, program-program pengembangan bersama, dan investasi bersama.
4.
Produk-produk
penghambat kelancaran kerja (botleneck products) : Produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya rendah bagi pembeli bisnis
tetapi memiliki sejumlah risiko (misalnya, suku cadang). Pembeli bisnis akan
menginginkan pemasok yang dapat menjamin pasokan yang tidak mandek. Pemasok
harus mengajukan suku cadang standar dan menawarkan sistem untuk mengetahui
pasokan yang masih tersedia, penyerahan sesuai permintaan, dan biro bantuan.
Adapun tahap-tahap dari proses pembelian sebagai berikut
:
1.
Pengenalan
masalah
2.
Perumusan
kebutuhan dan spesifikasi produk umum
3.
Pencarian
pemasok
4.
Permintaan
pengajuan proposal
5.
Pemilihan
Pemasok
6.
Spesifikasi
rutinitas pesanan
7.
Kaji ulang
kinerja pembelian atau pengadaan.
6.
Pasar
kelembagaan dan pemerintah
Pasar kelembagaan terdiri dari sekolah, rumah sakit,
balai pengobatan, penjara, dan lembaga lain yang harus memberikan barang dan
jasa kepada orang-orang yang mereka urusi. Banyak dari organisasi itu ditandai
oleh anggaran yang rendah dan pembeli bisnis yang sudah pasti jumlahnya.
Sebagai contoh, rumah sakit harus memutuskan mutu makanan yang akan dibeli
untuk pasiennya. Tujuan pembeliannya bukanlah laba, karena makanan tersebut
disediakan bagi pasien sebagai bagian dari paket pelayanan total. Minimisasi biaya
juga tidak menjadi tujuan satu-satunya karena makanan yang buruk akan
menyebabkan pasien mengajukan keluhan dan merusak reputasi rumah sakit. Agen /
petugas pembelian rumah sakit harus mencari pemasok makanan kelembagaan dengan
mutu yang memenuhi atau melampau standar minimum tertentu dan harga yang
rendah. Sesungguhnya, banyak pemasok makanan yang membentuk divisi terpisah
untuk melakukan penjualan kepada pembeli kelembagaan, karena kebutuhan dan
karakteristik khusus pembelian mereka. Begitu pula yang terjadi pada
kelembagaan sekolah, balai pengeobatan, penjara maupun lembaga-lembaga lainnya.
Pentingnya memusatkan diri pada keinginan dan kebutuhan pembeli bisnis
merupakan hal yang sudah diketahui oleh banyak perusahaan di Indonesia dewasa
ini. Hubungan antara fokus pada pembeli bisnis dengan tingkat kepuasan pembeli
bisnis juga sudah disadari oleh sebagian besar pemasar bisnis. Begitu juga hubungan kausal antara
kepuasan dengan tingkat keuntungan yang dapat diraih oleh perusahaan, pastilah
juga sudah sangat disadari. Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak
perusahaan di Indonesia saat ini sangat concern dengan pencapaian kepuasan pembeli bisnis, yang antara lain ditunjukkan
dengan keberhasilannya dalam meraih berbagai penghargaan yang berkaitan dengan
kepuasan pembeli bisnis.
Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau perusahaan di
Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan yang memperhatikan keinginan dan
kebutuhan pembeli bisnisnya dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik
dibandingan perusahaan lain. Kualitas pelayanan yang lebih baik inilah yang
kemudian akan berkontribusi pada tingkat kepuasan pembeli bisnis. Jadi,
hubungan “fokus pada pembeli bisnis-kualitas pelayanan - tingkat kepuasan”
merupakan rantai yang memang sudah terbukti secara empiris.
Kesadaran akan keharusan berfokus pada pembeli bisnis mendorong berbagai pemasar bisnis terus berbenah diri. Pembenahan dari
sisi 3p - process, people, dan physical evidence menjadi kecenderungan saat ini. Oleh karena hampir semua pemasar bisnis juga melakukan hal yang sama,
tampaknya semakin sulit saja upaya untuk menjadikan ke 3p tersebut sebagai
sumber diferensiasi.
Hampir semua pemasar bisnis berupaya memberikan proses yang convenience kepada pembeli bisnisnya. Berbagai cara atau saluran digunakan untuk
memberikan kemudahan tadi. Berbagai atribut physical
evidence seperti fisik gedung, atmosfer atau
suasana di dalam dan di luar gedung, seragam karyawan, peralatan, dan
lain-lain, juga secara sungguh-sungguh sudah dirancang oleh para pemasar bisnis, agar pembeli bisnis dapat menikmati
berbagai proses yang dilaluinya selama bertransaksi. Lalu bagaimana dengan
unsur people-nya?
Proses yang dirancang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
pembeli bisnis terkadang tidak dapat di-deliver sebagaimana mestinya akibat dari kualitas people yang men-delivernya. Physical evidence yang dirancang untuk memberikan kesan tertentu dan memberikan kenyamanan
kepada pembeli bisnis, menjadi seperti tidak ada nyawanya, juga akibat kualitas
people yang men-delivernya. Jadi dapat dikatakan di sini bahwa
unsur people atau manusia merupakan kunci. Faktor manusia dapat menjadi sumber
diferensiasi.
Dengan demikian, upaya pembenahan people perlu dijadikan fokus dari para pemasar bisnis jika perusahaan tersebut ingin fokus
kepada pembeli bisnisnya. Tidak mungkin terjadi “fokus pada pembeli bisnis”
tanpa didahului oleh “fokus pada karyawan.” Oleh karena itu, jika kita bicara
“fokus pada pembeli bisnis” maka konteks seharusnya adalah pada “pembeli bisnis
internal dan eksternal.” Dalam hal ini terkadang perusahaan lupa. Ia terlalu
banyak berkonsentrasi pada pembeli bisnis eksternal, kurang memperhatikan
pembeli bisnis internalnya.
Budaya membangun service culture pada pembeli bisnis internal sudah seharusnya menjadi tujuan perusahaan
yang ingin customer focus. Membangun service culture ini tidak cukup hanya melalui pelatihan-pelatihan singkat, apalagi yang
dilakukan sesaat menjelang adanya kontes kepuasan pembeli bisnis. Terasa hanya
tujuan sesaat.
Pada awalnya, pendekatan top down merupakan cara yang efektif dalam membangun service culture ini. Artinya, kesadaran dan contoh
teladan harus datang dari pucuk pimpinan, disemaikan ke bawah dengan berbagai
media penyampaian. Membangun service culture ini harus dipandang sebagai sesuatu yang stratejik sifatnya. Oleh karena
itu, dorongan dari atas akan sangat efektif. Baru setelah mulai berjalan, empowerment of employees menjadi tahap
berikutnya. Memberikan keleluasaan pada karyawan pada batas tertentu akan mendorong
karyawan berkreasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pembeli bisnis. Dari
dua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa membangun service culture bukanlah upaya instan yang akan
memberikan hasil instan pula. Ini yang penting disadari.
Service culture harus dibangun dalam tubuh perusahaan
secara keseluruhan. Tidak hanya pada frontliners. Banyak pemasar bisnis yang mengira dengan melatih para frontliners agar dapat memiliki budaya melayani, berarti tugasnya sudah selesai.
Padahal, para fronliners ini tidak mungkin dapat melakukan tugasnya dengan baik tanpa adanya
dukungan dari back office yang juga memiliki orientasi yang sama.
Satu hal yang rasanya perlu dicermati oleh para pemasar bisnis saat ini, khususnya industri perbankan,
yaitu: adanya pola outsource karyawan, terutama karyawan yang menjadi garda terdepan perusahaan. Dengan
pola ini, di satu sisi memang perusahaan dapat mencapai efisiensi yang
diinginkan, namun di sisi lain ada risikonya. Karyawan ousource ini belum tentu dapat menghayati nilai-nilai
perusahaan, apalagi memahami secara utuh service culture
yang dibangun oleh perusahaan. Akibatnya, service delivery-nya belum tentu optimal, atau dengan
kata lain, belum mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. Inilah yang
terkadang merupakan salah satu sebab dari timbulnya over promise-under delivery.
Membangun service culture perlu didukung dengan pola reward dan punishment yang jelas dan memadai. Menuntut karyawan memiliki budaya melayani tanpa
adanya penghargaan yang baik, tidak akan efektif. Karyawan hanya akan menjadi mediocre, melayani seadanya dan secukupnya,
karena memang kurang termotivasi.
Customer focus, pada akhirnya, bukanlah semata sebuah
slogan pembangkit semangat perusahaan dan para karyawannya, yang didengungkan
di berbagai momen internal perusahaan. Customer focus bukanlah suatu retorika, yang hanya dicanangkan untuk mencapai tujuan
sesaat. Customer focus sesungguhnya adalah nadi suatu perusahaan, yang denyutnya harus terasa
terus selama perusahaan hidup dan berkembang.
V. KESIMPULAN
Dari pembahasan materi mengenai “Menganalisis
Pasar Bisnis Dan Perilaku Pembelian Bisnis” dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pasar bisnis memiliki beberapa ciri yang sangat berbeda
dengan pasar konsumen :
-
Pembeli lebih sedikit
-
Pembelinya lebih besar
-
Hubungan pemasok-pembeli bisnis erat
-
Para pembeli terkonsentrasi geografisnya
-
Permintaan turunan
-
Permintaannya tidak elastis
-
Permintaannya berfluktuasi
-
Pembelian professional.
2. Para peserta
dalam proses keputusan pembelian antara lain :
- Pencetus
(initiators)
- Pemakai (users)
- Pemberi
pengaruh (influencers)
- Pengambil
keputusan (deciders)
- Pemberi
persetujuan (approvers)
- Pembeli
(buyers)
- Penjaga gerbang
(gatekeepers)
3. Dalam pasar
bisnis kita dapat membedakan tiga orientasi pembelian perusahaan antara lain :
Orientasi pembelian. Fokus
pembelian bersifat jangka pendek dan sangat taktis. Para pembeli diberi imbalan
karena kemampuannya mendapatkan harga paling rendah dari pemasok atas level
mutu dan ketersediaan tertentu.
Orientasi pengadaan. Di sini para
pembeli secara serempak mengusahakan perbaikan mutu dan penurunan harga beli.
Para pembeli mengembangkan hubungan kolaboratif dengan para pemasok utama dan
mencari penghematan melalui perbaikan manajemen pengadaan, pengolahan bahan,
dan biaya pembuangan.
Orientasi manajemen rantai pasokan. Di sini peran pembelian diperluas menjadi operasi peningkatan nilai yang
bersifat lebih strategis. Perusahaan tersebut memusatkan perhatian pada cara
memperbaiki keseluruhan rantai nilai dari bahan mentah hingga ke pengguna
akhir.
4. Adapun
tahap-tahap dari proses pembelian sebagai berikut :
1. Pengenalan
masalah
2. Perumusan
kebutuhan dan spesifikasi produk umum
3. Pencarian
pemasok
4. Permintaan
pengajuan proposal
5. Pemilihan
Pemasok
6. Spesifikasi
rutinitas pesanan
7. Kaji ulang
kinerja pembelian atau pengadaan.
VI. DAFTAR
PUSTAKA
Philip
Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Indeks Kelompok
Gramedia, cetakan PT. Intan Sejati Klaten, 2005.
Freddy
Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
Eva
Z. Yusuf, Ph.D., Customer Focus : Jangang hanya retorika, Artikel Info
majalah BCA No. 153, Edisi Maret 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah Kasih atas Kunjungan Anda...