BAB III
SIKAP DAN KEPUASAAN
KERJA
v Sikap
Sikap (attitude)
adalah pernyataan evaluative baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan
terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Ketika
saya berkata “ Saya mnyukai pekerjaan saya “ saya sedang mengungkapkan
pemikiran saya tentang pekerjaan.
Dalam materi bab ini
kita akan menjawab enam pertanyaan mengenai sikap yang akan membantu anda
memahami hal ini dengan lebih baik :
1.
Apa
saja komponen utama dari sikap?
2.
Seberapa
konsistenkah sikap itu?
3.
Apakah
perilaku selalu mengikuti sikap?
4.
Apakah
sikap kerja yang utama?
5.
Bagaimana
sikap karyawawn dapat diukur?
6.
Apa
ari penting dari sikap terhadap keragaman ditempat kerja?
Ø Apa Saja Komponen Utama
Dari Sikap?
Biasanya
para peneliti telah berasumsi bahwa sikap mempunyai tiga komponen, yaitu :
kesadaran, perasaan, dan perilaku. Mari kita lihat setiap komponen ini
Keyakinan bahwa
diskriminasi itu salah merupakan sebuah pernyataan evaluative. Opini semacam
ini adalah komponen kognitif ( cognitive component ) dari sikap, yang
menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap – komponen efektifnya – nya ( affective component ). Perasaan adalah
segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap dan tercermin dalam sebuah
pernyataan seperti “saya tidak menyukai jhon karna dia mendiskriminasi orang –
orang minoritas”. Akhinya dan persoalan ini akan dibahas secara mendalam pada
akhir dari bagian ini, perasaan bisa menimbulkan hasil akhir perilaku. Komponen perilaku ( behavioral component ) dari sebuah sikap
merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap
seseorang atau sesuatu. Jadi, untuk meneruskan contoh kita, saya mungkin
memilih untuk menghindari jhon dikarenakan perasaan saya tentang ia.
Pandangan bahwa sikap terdiri atas
tiga komponen yaitu kesadaran, perasaan dan perilaku, sangat bermanfaat dalam
memahami kerumitan hal ini dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Perlu di ingat bahwa komponen – komponen ini sangat berkaitan. Secara khusus,
dalam banyak cara kesadaran dan perasaan tidak dapat di pisahkan.
Ø Sebarapa Konsistenkah
Sikap Itu?
Pada umumnya
penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap
mereka serta antara siakp dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa individu
berusaha untuk menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan
perilaku mereka sehingga mereka terlihat rasional dan konsisten. Ketika
terdapat ketidakkonsistenan , timbullah dorongan untuk mengembalikan individu
tersebut ke keadaan seimbang dimana sikap dan perilaku kembali konsisten. Ini
bisa dilakukan dengan cara mengubah sikap maupun perilaku, atau dengan
mengembangkan rasionalisasi untuk ketidaksesuaian.
Pada akhir tahun
1950-an, Leon Festinger mengemukakan teori ketidaksesuaian
kognitif (cognitive dissonance).
Teori ini berusaha menjelaskan hubungan antara siakp dan perilaku.
Ketidaksesuaian berarti ketidakkonsistenan.
Ketidaksesuaian kognitif merujuk
pada ketidaksesuaian yang dirasakan oleh seorang individu antara dua sikap atau
lebih, atau antara perilaku dan sikap. Festinger berpandapat bahwa bentuk
ketidakkonsistenan apa pun tidaklah menyenangkan dan bahwa individu akan
berusaha mengurangi ketidaksesuaian dan tentunya ketidaknyamanan tersebut. Oleh
karna itu individu akan mencari keadaan yang stabil, dimana hanya ada sedikit
ketidaksesuaian.
Ø
Apakah
Perilaku Selalu Mengikuti Sikap?
Kita telah menegaskan
bahwa sikap mempengaruhi perilaku. Penelitian yang sebelumnya tentang sikap
menganggap bahwa sikap mempunyai hubungan sebab akibat dengan perilaku : yaitu
sikap yang dimiliki individu menentukan apa yang mereka lakukan. Akal sehat
juga menyatakan sebuah hubungan.
Namun,
pada akhir tahun 1960-an, hubungan yang diterima tentang sikap dan perilalku di
tentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi sejumlah
penelitian yang menyelidki hubungan sikap dan perilaku, peninjau menyimpulkan
bahwa sikap tidak ada hubungan perilaku, paling banyak hanya hubungan sedikit.
Penelitian baru – baru ini menunjukkan bahwa sikap memprediksi perilaku masa
depan secara signifikan dan memperkuat keyakinan semula dari festinger bahwa
hubnungan tersebut bisa ditingkatkan dengan memperhitungkan variable – variable
pengait.
Variabel
– variable pengait. Pariabel
pengait hubungan sikap – perilaku yang paling kuat adalah pentingnya sikap, kekhususan –nya, aksesilibitas –nya, apakah ada tekanan
– tekanan social, dan apakah
seseorang mempunyai pengalaman langsung dengan
sikap tersebut.
Sikap
yang penting adalah sikap yang memncerminkan nilai – nilai fundamental, minat
diri, atau identifikasi dengan individu atau kelompok yang dihargai oleh
seseorang. Sikap yang dianggap penting oleh individu cenderung menunjukkan
hubungan kuat dengan perilaku.
Teori
persepsi diri. Meskipun
sebagian besar penelitian sikap – perilaku memberikan hasil fositif, para
peneliti telah mencapai korelasi yang masih lebih tinggi dengan menuju kearah
yang lebih lain – memperhatikan apakah perilaku memengaruhi sikap. Pandangan
ini, yang disebut teori persepsi diri (self-perception theory).
Ø Apakah Sikap Kerja Yang
Utama?
Sikap
kerja berisi evaluasi positif atau negative yang dimilki oleh karyawan tentang
aspek – aspek lingkungan kerja mereka. Sebagian besar penelitian dalam PO
berhubungan dengan tiga sikap, yaitu : kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan,
dan komitmen organisasional.
Kepuasaan Kerja. Istilah kepuasaan kerja ( job statisfaction ) dapat
didefinisikan sebagai suatu perasaan
positif tentang suatu pekerjaan yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi dari
karakteristiknya. Sesorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memilki
perasaan – perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang
yang tidak puas memilki perasaan - perasaan negative tentang pekerjaan
tersebut.
Keterlibatan Pekerjaan (
job involvement ). Keterlibatan
pekerjaan mengukur tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak
pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai
bentuk penghargaan diri. Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan
yang tinggi sangat memihak dan benar – benar peduli dengan bidang pekerjaan
yang mereka lakukan.
Komitmen Organisasional (
organization commitment ). Komitmen organisasional yang
didefinisikan sebagai suatu dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu
serta tujuan – tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut. Jadi ,keterlibatan pekerjaan yang tinngi bearti memihak
pada pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen
organisasional yang tinggi bearti memihak organisasi yang merekrut individu
tersebut :
Tiga
dimensi terpisah komitmen orgnisasional adalah sebagai berikut :
1.
Komitmen
efektif ( affective commitment ) - : perasaan emosional untuk organisasi dan
keyakinan dalam nilai – nilainya. Sebagai contoh seorang karyawan petco mungkin
memilki komitmen aktif untuk perusahaannya karena keterlibatannya dengan hewan –
hewan.
2.
Komitmen
berkelanjutan ( continuance commitment ) - :
nilai ekonomi ynag dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila di
bandingkan dengan meniggalkan organisasi tersebut. Seorang karyawan mungkin
berkomitmen kepada seorang pemberi kerja karena ia di bayar tinggi dan merasa
bahwa pengunduran diri dari perusahaan akan menghancurkan keluarganya.
3.
Komitmen
normatif ( normative commitment ) - :
kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan – alasan moral atau
etis. Sebagai contoh, seorang karyawan yang memolopori sebuah inisiatif baru
mungkin bertahan dengan seorang pemberi kerja karena ia merasa meninggalkan
seseorang dalam keadaan yang sulit bila ia pergi.
Sikap
kerja yang lain. Dukungan
organisasional yang dirasakan ( perceived
organizational support – POS )
adalah tingkat sampai mana karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi
mereka dan peduli dengan kesejahteraan mereka.
Ø Bagaimana Sikap
Karyawan Dapat Di ukur?
Bagaimana
manajemen mendapatkan informasi tentang sikap karyawan?, yaitu dengan
menggunakan survey sikap. Survey sikap adalah upaya mendapatkan respons dari
karyawan melalui kuosioner mengenai perasaan mereka terhadap pekerjaan, tim
kerja, penyelia, dan organisasi. Survey sikap umumnya memberikan karywan
serangkaian pernyataan atau pertanyaan dengan skala penilaian yang menunjukkan tingkat
kecocokan.
Ø Apa Arti Penting dari
Sikap terhadap Keberagaman di Tempat Kerja?
Seperti
apakah program keberagaman ini dan bagaiamana hal ini menyampaikan perubahan
sikap?. Hampir semuanya meliputi fase evaluasi diri. Individu didesak untuk
memeriksa diri sendiri serta menghadapi
stereotip etnis dan cultural yang mungkin mereka miliki. Kemudian para
partisipan biasanya ambil bagian dalam diskusi kelompok atau panel – panel dengan
wakil dari berbagi kelompok. Jadi misalnya seorang pria hamong mungkin
mendiskripsikan kehidupan keluarganya di Asia Tenggara dan menjelaskan mengapa
mereka menetap di California.
v Kepuasan Kerja
Dalam bagian ini kita
akan membedah konsep kepuasan kerja dengan lebih seksama. Bagaimana kita
mengukur kepuasan kerja?, seberapa puaskah karyawan dengan pekerjaan mereka?,
apakah yang menyebabkan karyawan memilki tingkat kepuasan kerja yang tinggi?,
bagaimana karyawan yang tidak puas dan puas memengaruhi sbuah organisasi?
Mengukur Kepuasan Kerja
Dalam
mengukur kepuasan kerja ada dua pendekatan yang paling luas digunakan adalah
penilaian tunggal secara umum dan penyajian akhir yang terdiri atas sejumlah
penyajian aspek. Metode penilaian tunggal secara umum sekadar meminta individu
untuk mersepons satu pertanyaan, seperti “dengan mempertimbangkan semua hal
seberapa puaskah anda dengan pekerjaan anda?”, kemudian [ara responden menjawab
dengan melingkari sebuah angka antara 1-5 yang cocok dengan jawaban dari
“sangat puas” sampai “sangat tidak puas”. Pendekatan yang lain yaitu penyajian
akhir aspek pekerjaan , lebih rumit. Pendekatan ini mengidentifikasi elemen
–elemen penting dalam suatu pekerjaan dan menayakan perasaan karyawan tentang
setiap elemen.
Seberapa Puas Individu dengan Pekerjaan Mereka
Apakah
sebagian besar individu merasa puas dengan pekerjaan mereka?. Tampaknya,
jawabannya adalah “ya” yang memenuhi syarat di AS dan di sebagian besar negara
maju. Berbagai studi independen yang diadakan diantara para pekerja AS selama
30 tahun terakhir, menunjukkan bahwa mayoritas pekerja merasa puas dengan
pekejaan mereka. Meskipun jarak persentasinya lebar, lebih banyak individu
melaporkan bahwa mereka merasa puas di bandingkan dengan tidak puas.
Apakah yang Menyebabkan Kepuasan Kerja
Pikirkan
pekerjaan yang paling baik yang pernah anda miliki, apa yang membuatnya
demikian?. Kemungkinannya adalah anda menyukai pekerjaan yang anda kerjakan.
Pada kenyataannya dari segi kepuasan kerja, menikmati kerja itu hampir selalu
merupakan segi yang paling berkaitan erat dengan kepuasan kerja yang tinggi
secara keseluruhan. Pekerjaan menarik yang memberikan pelatihan, variasi,
kemerdekaan, dan kendali memuaskan sebagian besar karyawan.
Pengaruh dari Karyawan yang Tidak Puas dan Puas di
Tempat Kerja
Ada
konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka, dan begitupun
sebaliknya. Sebuah kerangka teoritis-kerangka
keluar-pengaruh-kesetiaan-pengabaian, sangat bermanfaat dalam memahami
konsekuensi dari ketidakpuasan.
Keluar
(exit) :
perilaku yang di tujukan untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi
baru dan mengundurkan diri.
Aspirasi
( voice) :
secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan
perbaikan, mesdiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas
serikat kerja.
Kesetiaan
( loyalty) :
secara pasif tetapi optimisit menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela
organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan memercayai organisasi
dan manajemennya untuk melakukan hal yang benar.
Pengabaian
( neglect) :
secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidak hadiran
atau keterlambatan yang terus – menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya
angka kesalahan.
Kepuasan Kerja dan Kinerja
Seperti
yang disimpulkan dalam “mitos dan ilmu pengetahuan”, pekerja yang bahagia
cenderung lebih produktif, meskipun sulit untuk mengatakan kemana arah hubungan
sebab akibat tersebut. Akan tetapi beberapa peneliti biasanya percaya bahwa
hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja pekerjaan adalah sebuah mitos
manajemen.
Kepuasan Kerja dan OCB
Tampaknya
adalah logis untuk menganggap bahwa kepuasan kerja seharusnya menjadi factor
penentu utama dari perilaku kewargaan organisasional atau OCB seorang karyawan.
Karyawan yang puas tampaknya cenderung berbicara secara positif tentang
organisasi, membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam
pekerjaan. Selain itu, karyawan yang puas mungkin lebih mudah berbuat lebih
dalam pekerjaan karena mereka ingin merespons pengalaman positif mereka.
Kepuasan Kerja dan Kepuasan Pelanggan
Karyawan
dalam pekerjaan jasa sering berinteraksi dengan pelanggan. Karena manajemen
organisasi jasa harus menyenangkan pelanggan adalah masuk untuk bertanya :
apakah kepuasan karyawan berhubungan dengan hasil pelanggan yang positif? Untuk
karyawan garis depan yang mempunyai hubungan tetap dengan para pelanggan,
jawabannya adalah “ya”.
Kepuasan Kerja dan Ketidakhadiran
Kita
menemukan hubungan negative yang konsisten antara kepuasan dan ketidakhadiran,
tetapi korelasi tersebut berkisar antara sedang sampai lemah. Sementara adalah
masuk akal bahwa karyawan yang tidak puas cenderung melalaikan pekerjaan,
factor – factor lain memiliki pengaruh pada hubungan tersebut dan mengurangi
koefisien korelasi. Sebagai contoh, organisasi yang memberikan tunjangan cuti
sakit secara bebas berupaya membesarkan hati para karyawan mereka termasuk
mereka yang merasa sangat puas untuk mengambil cuti.
Kepuasan Kerja dan Perputaran Karyawan
Kepuasan
juga berhubungan negative dengan perputaran karyawan, tetapi korelasi tersebut
lebih kuat daripada apa yang kita ketahui untuk ketidakhadiran. Namun sekali
lagi factor – factor lain sperti kondisi pasar tenaga kerja, harapan tentang
peluang pekerjaan laternaitf, dan lamanya masa jabatan dengan organisasi
merupakan batasan penting tentang keputusan yang actual untuk meningkatkan
pekerjaan seseorang pada saat ini. Bukti menunjukkan bahwa sebuah pengait
penting dari hubungan kepuasan – perputaran karyawan adalah tingkat kinerja
karyawan.
Kepuasan Kerja dan Perilaku Menyimpang di Tempat
Kerja
Ketidakpuasan
kerja memprediksi banyak perilaku khusus, termasuk upaya pembentukan seriakt
kerja, penyalahgunaan hakikat, pencurian di tempat kerja, pergaulan yang tidak
pantas, dan kelambanan. Para peneliti berpendapat bahwa perilaku ini adalah
indicator sebuah sindrom yang lebih luas yang sering kita sebut perilaku
menyimpang di tempat kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah Kasih atas Kunjungan Anda...