BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Kualitas organisasi atau lembaga biasanya dilihat dari
kuantitas dan kulitas produk yang berupa barang atau jasa. Untuk mendapatkan
produk dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang baik, kinerja pimpinan
dan anak buahnya sangat menentukan. Manusia yang ada di dalamnya sangat besar
pengaruhnya sekalipun suatu perusahaan menggunakan alat modern dan canggih
faktor. Hal ini seperti apa yang dikatakan Robert L. Mathis dan John H Jackson
(2001; 4) “Sumber Daya Manusia dipandang semakin besar peranannya bagi
kesuksesan organisasi, maka banyak organisasi kini menayadari bahwa unsur manusia
dalam organisasi dapat memberikan keunggulan bersaing”.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa manajemen sumberdaya manusia
sangat erat kaitannya dengan motto "TheRight Man on the Right Place and the Right Time". Jadi manajemen
sumber daya manusia pada saat yang tepat harus bisa mengusahakan agar tenaga
kerja itu ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
Penerapan motto "The
Right Man on the Right Place at the Right Time" ada beberapa hal yang
harus diketahui. Dari sudut perusahaan, maka unsur pertama yang harus diketahui
adalah unsur "Place-" nya,
sebab perusahaan sebagai organisasi adalah wadah tempat manusia (man) bekerja. Tempat bekerja ini seringkali seeara lebih
spesifik disebut sebagai Jabatan.
Seringkali timbul kesalahpahaman tentang pengertian
jabatan ini. Jabatan kadang-kadang diartikan sebagai posisi atau pekerjaan,
tanpa penjelasan lebih jauh, sehingga perlu ada pengertian yang seragam dalam
memahami tulisan ini.
Sering dijumpai adanya jabatan yang sama untuk
jabatan-jabatan yang mempunyai tugas-tugas yang berbeda. Sebaliknya untuk
tugas-tugas yang sama adakalanya diberikan nama jabatan yang berbeda pada
perusahaan yang berbeda. Bahkan
ironisnya para pemegang jabatan itu sendiri kadangkala tidak tahu atau merasa
ragu tentang apa yang seharusnya dikerjakan
Peramsalahan tersebut perlu dilakukan
Analisa Jabatan. Suatu studi yang secara sistematis dan teratur mengumpulkan
semua informasi dan fakta yang berhubungan dengan suatu jabatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
dan Pengertian Job Analisis
Menurut Malayu
(2005;28) Job Analisis (analisis
pekerjaan) adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana pekerjaannya, dan
mengapa pekerjaan itu harus dikerjakan.
Menurut Umar
(2005:6) bahwa analisis pekerjaan adalah
merupakan suatu proses untuk menentukan isi suatu pekerjaan sehingga dapat
dijelaskan orang lain untuk tujuan manajemen.
Menuurt Gomes
(2003;91) analisis jabatan adalah proses pengumpulan informasi mengenai suatu
pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja, yang dilaksanakan dengan mengamati
atau mengadakan interview pada pekerjaan, dengan bukti-bukti yang benar dari
supervisor. Benandin & Russell dalam Gomes (2003:91) mengatakan analisis
pekerjaan ini akan menghasilkan daftar uraian pekerjaan pernyataan tertulis
mengenai kewajiban-kewajiban pekerja dan bisa juga mencakup standar
kualifikasi, yang merinci pendidikan dan penglaman minimal yang diperlukan bagi
seorang pekerja untuk melaksanakan kewajiban dari kedudukannya secara
memuaskan.
Secara umum
analisis jabatan merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan menentukan
secara rinci tugas-tugas (duties) dan
persyaratan dari suatu jabatan tertentu. Stephen Robbin (1993) mendefinisikan
analisis jabatan sebagai suatu bentuk pengembangan uraian terperinci dari
tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu jabatan, penentuan hubungan dari
satu jabatan dengan jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan karyawan untuk
melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif.
“Job
analisis is involves developing a detailed description of the tasks involve in
a job, determining the relationship of a given job to other jobs, and ascertain
the knowledge, skills, and abilities necessary for an employee to successfully
perform the job” (Robbin, 1993).
Menurut Milkovich & Newman (1999)
analisis jabatan adalah proses pengumpulan informasi secara sistematik terhadap
berbagai informasi terpercaya dan relevan, berhubungan dengan pekerjaan, dan
asal-usul dari suatu jabatan tertentu (“jobanalisis is the systematic process of collecting relevant, work-relatedinformation related to the nature of a specific job”). Hal senada juga
dikemukan oleh Bernardin & Russel: “job
analisis is the process of gathering information about a job” (Bernardin
& Russel, 1993).
Berdasarkan batasan-batasan di atas maka
menurut penulis analisis pekerjaan memiliki arti yang sama dengan analisis
jabatan, yaitu proses pengumpulan inforamsi yang berkaitan dengan pekerjaan
yang dilakukan seorang pekerja secara sistematis
Jenis analisis jabatan menurut Gomes
(2003;95-101) membagi dua jenis analisis jabatan, yaitu analisis jabatan
tradisional (traditional job description)
dan analisis jabatan yang berorientasikan hasil (result-oriented job description).
1.
Traditional
Job analysis
Analisis jabatan secara tradisonal yaitu
dengan mencari informasi melalui tiga aspek, yaitu: (1) tanggung jawab (responsibilities), (2) merinci unit
organisasi agar pekerja bertanggung jawab, tunduk kepada pengarah dan bagian
pengendali pelaksana; kewajiban-kewajiban (duties) umum seseorang yang sedang
memegang suatu kedudukan;dan (3)
kualifikasi-kualifikasi (qualifications)
minimal yang diterima sebagai kelayakan.
Kelemahan dari analisis jabatan
tradisional adalah perhatian perusahaan tidak ditujukan pada sifat-sifat
pekerjaan secara spesifik, tidak ada syarat-syarat bagi pelaksanaan suatu
pekerjaan, tidak ada standar-standar performansi minimal yang dapat diterima
bagi seorang pekerja, tidak merinci kualitas dan kuantitas serta ketepatan
waktu dari suatu pelayanan yang diinginkan, tidak memikirkan output analysis
sehingga tidak bermanfaat bagi perencana SDM yang memerlukannya.
2. Result-Oriented Job Description
(RODs)
Analisis
yangberorientasi hasil ini juga dinamakan output-oriented
job description, dan ini merupakan suatu kehidupan kecil dalam program-oriented budgets. Uraian pekerjaan yang
berorientasikan hasil menguraikan harapan-harapan organisasi yang jelas kepada
para pekerja dan sekaligus mendorong para supervisor dan pekerja untuk
mengetahui bahwa baik standar maupun imbalan tergantunng pada persyaratan
tertentu. Analisis jabatan jenis ini memuat pertanyaan-pertanyaan tentang tasks, conditions, standards, SKAs,
qualification.
Kelebihan
dari model Result-Oriented Job
Description (RODs) adalah bahwa model ini menyediakan sarana untuk
menghubungkan input personil dan output organisasi bagi para perencana program,
menyediakan sarana untuk memperkenalkan pada para pekerja baru atas harapan dan
tujuan yang ditetapkan untuk evaluasi terhadap performansi pekerja bagi para
manajer, memberikan gambaran yang jelas mengenai harapan performansi,
kualifikasi minimal yang dibutuhkan untuk promosi dan penempatan para pegawai,
dan meningkatkan dampak bagi para manajer kepegawaian terhadap produktifitas
organisasi. Selain kelebihan yang telah dipaparkan, model analisis hasil juga
mempunyai beberapa kelemahan yaitu perubahan dalam syarat dan standar harus
dilakukan peninjauan kembali atas RODs, setiap kedudukan memerlukan RODs
tersendiri, dan beberapa kedudukan tidak mempunyai standar performansi yang
tidak dapat diukur.
Analisis Jabatan mencakup 2 (dua) elemen, yaitu :
1. Uraian Jabatan (Job Description) dan 2
Spesifikasi Jabatan (Job Spesification)
atau Persyaratan Jabatan (Job Requirement)
B. Informasi
yang diperoleh dari job analysis
Informasi yang
diperoleh dari job analysis adalah
perencanaan tenaga kerja (manpower planning), perekrutan dan penempatan
(recruitment and placement), pengembangan organisasi (organisation
development), pelatihan dan pengembangan (training and development),
penggajian dan imbal jasa (compensation and benefit), hubungan
industrial (industrial relation), dan juga sistem informasi SDM (human
resources information sistem).
Analisis pekerjaan selain
menghasilkan job description, job specification, dan
job evaluation juga berguna untuk
hal-hal berikut.
1. Perekrutan dan Seleksi (Recruitment and
Selection)
Analisis pekerjaan memberikan
informasi tentang uraian pekerjaan dan syarat-syarat karyawan yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan. Isi spesifikasi dipergunakan menjadi dasar
seleksi untuk memutuskan jenis orang yang perlu direkrut dan diangkat.
2. Kompensasi (Compensation)
Informasi analisis pekerjaan memberikan pemahaman yang
jelas tentang latar belakang (pendidikan, usia, pengalaman, dan lain-lain)
orang yang akan menduduki jabatan itu, sehingga perusahaan dapat menentukan
gajinya.
3. Evaluasi Jabatan
Informasi
analisis pekerjaan memberikan pemahaman yang jelas mengenai berat/ringannya
pekerjaan, besar/kecilnya risiko yang dihadapi pekerja, sulit/mudahnya
mendapatkan personil. Dengan demikian, perusahaan dapat menetapkan oaji pada
posisi jabatan tersebut.
4. Penilaian Prestasi Kerja
(Performance Appraisal)
Penilaian
ptestasi kerja merupakan upaya membandingkan prestasi aktual pegawai dengan
prestasi kerja yang diharapkan darinya. Untuk menentukan apakah suatu pekerjaan
bisa dikerjakan atau diselesaikan dengan baik maka uraian pekerjaan akan sangat
membantu dalam penentuan sasaran pekerjaannya.
5. Latihan
(Training)
Informasi analisis pekerjaan digunakan untuk merangsang
program latihan pengembangan. Uraian pekerjaan, perlengkapan, dan jenis
keterampilan pekerja digunakan bahan pembantu dalam pengembangan
program-program latihan.
6. Promosi
dan Pemindahan
Informasi analisis pekerjaan akan digunakan untuk
membantu menentukan promosi ataupun pemindahan karyawan.
7. Organisasi
Informasi jabatan yang diperoleh dari analisis pekerjaan
seringkali memberikan petunjuk bahwa organisasi yang ada perlu diperbaiki.
8. Pemerkayaan
Pekerjaan (Job Enrichment)
Informasi analisis pekerjaan dapat dipergunakan untuk
memperkaya pekerjaan pada suatu jabatan tertentu.
9. Penyederhanaan Pekerjaan (Work
Simplification)
Informasi analisis pekerjaan digunakan juga untuk
penyederhanaan atau spesialisasi pekerjaan. Dengan perkembangan perusahaan dan
spesifikasi yang mendalam mengakibatkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan dalam suatu jabatan semakin terspesialisasi.
10. Penempatan (Placement)
Informasi analisis pekerjaan digunakan untuk menempatkan
para karyawan pada pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya agar
mereka bekerja secara efektif.
11. Peramalan dan Perekrutan
Informasi analisis pekerjaan digunakan untuk peramalan
dan perekrutan tenaga kerja yang akan dibutuhkan perusahaan.
12. Orientasi
dan Induksi
Informasi analisis pekerjaan digunakan untuk orientasi
dan induksi bagi karyawan baru mengenai sejarah perusahaan, hak dan
kewajibannya, menginduksi, dan lainnya
C. Tujuan
Analisis Jabatan
Tujuan
Analisis Jabatan menurut Gomes (2003;92) Ada 12 tujuan analisis pekerjaan yang
digunakan oleh sektor publik maupun sektor swasta, yaitu:
- Job description,yaitu untuk mengidentifikasikan pekerjaan, riwayat pekerjaan, kewajiban-kewajiban pekerjaan, dan pertanggung jawaban, serta untuk mengetahui spesifikasi pekerjaan atau informasi mengenai standar pekerjaan.
- Job classification, yaitu penyusunan pekerjaan-pekerjaan kedalam kelas-kelas, kelompok-kelompok, atau jenis-jenis berdasarkan rencana sistematika tertentu
- Job evaluation, yaitu suatu prosedur pengklasifikasian pekerjaan berdasarkan kegunaan masing-masing di dalam organisasi dan dalam pasar tenaga kerja luar yang terikat
- Job desinng restructuring, yaitu meliputi usaha-usaha untuk mengalokasikan dan merestrukturisasi kegiatan pekerjaan kedalam berbagai kelompok
- Personel requirement, yaitu berupa persyaratan atau spesifikasi tertentu bagi suatu pekerjaan
- Performance appraisal, yaitu merupakan penilaian sistematis yang dilakukan oleh supervisor terhadap performansi pekerjaan dari para pekerja
- Worker training, yaitu pelatihan yang ditujukan kapada para pekerja
- Worker mobility, yaitu dinamika keluar-masuknya seseorang dalam posisi, perkerjaan-pekerjaan, dan okupasi-okupasi tertentu
- Efficiency, ini mencangkup penggabungan proses kerja yang optimal dan rancangan keamanan dari peralatan dan fasilitas, serta prosedur kerja, susunan kerja dan standar kerja
- Safety, berfokus pada identifikasi dan peniadaan perilaku kerja yang tidak aman, kondisi fisik dan kondisi lingkungan
- Human resource planning, kegiatan antisipasi dan reaktif melalui suatu organisasi
- Legal, aturan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan organisasi.
D. Metode
dan Proses Pengumpulan Informasi bagi Analis Jabatan
Joseph E.
Morsh dalam As’ad (2004) memperbincangkan beberapa motode dalam analisis
jabatan. Metode-metode tersebut adalah metode dengan Questionaire (angket), metode dengan “Check-List”, dengan wawancara individual, pengamatan, wawancara
kelompok, technical conference,
catatan harian, metode dengan ikut bersama-sama kerja dan yang terakhir adalah
metode teknik critical incident
1. Wawancara
Wawancara harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pro dan Kontra.
Wawancara kiranya
metode yang paling banyak digunakan untuk tugas dan tanggung jawab jabatan, dan
penggunaannya yang luas mencerminkan keunggulan.
b. Pertanyaan – pertanyaan yang Khas.
Meskipun ada kekurangan-kekurangannya,
wawancara itu digunakan secara luas.
c. Pedoman Wawancara.
2. Kuesioner
Meminta karyawan mengisi kuesioner untuk menggambarkan
tugas-tugas yang berkaitan dengan jabatan dan tanggung jawab mereka adalah satu
cara lain untuk memperoleh informasi analisis jabatan.
3. Observasi
Observasi langsung khususnya bermanfaat nila
jabatan-jabatan terutama terdiri dari kegiatan yang dapat diobservasi secara
fisik.
4. Buku Harian
(diary/log)
Pendekatan yang lain adalah meminta karyawan membuat buku
harian (diary/log) atau daftar dari apa yang mereka lakukan sepanjang hari.
Untuk setiap kegiatan yang terlibat di dalamnya. Kegiatan tersebut (bersama
dengan waktunya) dicatat oleh karyawan itu dalam sebuah buku harian.
Analisis
jabatan akan dimulai dengan proses pengumpulan data-data dari internal
organisasi. Data-data yang biasanya digunakan adalah dokumen visi misi
perusahaan, dokumen peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, dokumen
prosedur operasi yang sudah distandardisasikan, dan dokumen lain yang dapat
memberikan histori jabatan yang akan dianalisa.
Selanjutnya
analis jabatan (sebutan untuk orang yang melakukan analisa jabatan) akan
mempelajari dokumen tersebut dan menggali informasi mengenai suatu
jabatan.Setelah mendapatkan informasi dari data yang sudah ada, analis jabatan
akan terjun ke lapangan mengadakan 1) Penyebaran questioner, 2)
Wawancara dengan pemangku jabatan/incumbent,
atasan/superior, rekan/peer, dan bawahan/subordinate,
3) Observasi. Proses terjun di lapangan ini dilakukan untuk organisasi
yang proses bisnisnya sudah berjalan. Artinya sudah ada kegiatan yang
dilakukan. Di lapangan ini, analis jabatan akan menggali mengenai:
tanggungjawab dan wewenang jabatan, tugastugas yang dijalankan, prosedur
standar dalam operasionalisasi, kendala dan hambatan, pihak yang biasa terlibat
dalam penanganan pekerjaan (stake holders).
Analis jabatan
sebelum mengadakan wawancara, biasanya akan menyebarkan questioner yang berisi
pertanyaan seputar hal tersebut di atas. Ketika pulang dari lapangan, analis jabatan akan menggenggam informasi yang
akan diramu menjadi uraian jabatan dan persyaratan jabatan. Dia akan membuat
draf atas informasi tersebut. Draf uraian jabatan dan persyaratan jabatan
tersebut selanjutnya akan dikonsultasikan kembali dengan atasan dan pemangku
jabatan, sebelum disetujui oleh atasan dan pemangku jabatan.
E. Teknik
Melakukan Analisis Jabatan
Analisa
jabatan adalah sebuah proses untuk memahami suatu jabatan dan kemudian
menyadurnya ke dalam format yang memungkinkan orang lain untuk mengerti tentang
jabatan tersebut.
Ada 3 tahap
penting dalam proses analisis jabatan, yaitu (1) mengumpulkan informasi, (2)
menganalisis dan mengelola informasi jabatan, dan (3) menyusun informasi
jabatan dalam suatu format yang baku.
Analisis jabatan
yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan uraian jabatan yang baik pula, dan
kemudian dapat dijadikan bahan baku yang baik untuk proses pengelolaan SDM yang
lain (evaluasi jabatan, rekrutmen dan seleksi, manajemen kinerja, penyusunan
kompetensi, pelatihan).
Ada sejumlah
prinsip penting yang harus dipegang dalam melakukan proses analisis jabatan,
yaitu:
- Proses analisis dilakukan untuk memahami apa tanggung jawab setiap jabatan dan kontribusi hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil atau tujuan organisasi. Hal ini, nantinya uraian jabatan akan menjadi daftar tanggung jawab, bukan daftar tugas atau aktivitas.
- Proses analisis jabatan, bukan pemegang jabatan yang saat ini kebetulan sedang memangku jabatan tersebut. Ini penting untuk menghindari bias dalam menganalisis jabatan berdasarkan kemampuan, kinerja, gaya atau metoda kerja dari pemegang jabatan saat ini. Yang perlu kita analisis adalah standar desain jabatan tersebut berdasarkan struktur organisasi yang ada saat ini.
- Kondisi jabatan yang dianalisis dan akan dituangkan dalam uraian jabatan adalah kondisi jabatan saat ini berdasarkan fakta yang ada sesuai rancangan strategi dan struktur organisasi.
Prinsip-prinsip
ini penting untuk dipahami karena sering terjadi di banyak organisasi, uraian
jabatan dibuat berdasarkan “selera” masing-masing atasan, atau bahkan
diserahkan untuk dibuat oleh pemegang jabatan. Ini membuat tidak adanya standar
batasan jabatan yang sebenarnya diinginkan oleh organisasi. Jika hal ini
terjadi, maka akan mudah untuk diperkirakan munculnya banyak masalah mengenai
tumpang-tindih tanggung jawab antarjabatan, atau rangkap-merangkap tanggung
jawab oleh karena ada beberapa tanggung jawab yang ternyata tidak tercakup di
jabatan apapun, juga akan dapat terjadi adanya jabatan yang beban tanggung
jawabnya sangat besar/luas, sementara jabatan lain terlihat sangat sempit dan
ringan, sehingga tidak ada perimbangan cakupan pekerjaan, yang dapat
menimbulkan banyak masalah seperti kecemburuan dan demotivasi.
Format
isi uraian jabatan memang bisa sangat bervariasi dari satu organisasi ke
organisasi yang lain. Namun, dengan kerangka berpikir bahwa uraian jabatan ini
diperlukan sebagai bahan dasar informasi untuk proses pengelolaan SDM yang
lainnya, maka dalam format uraian jabatan tersebut sebaiknya tersedia informasi
minimum sebagai berikut: identitas jabatan, tujuan jabatan, tanggung jawab
utama, indikator kinerja, dimensi/ukuran jabatan, dan spesifikasi jabatan. Di
luar itu, organisasi dapat memasukkan juga informasi tambahan lainnya, misalnya
kewenangan, tantangan, hubungan kerja, dan struktur organisasi
Struktur
dan Desain Organisasi
Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan
antara berbagai komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara
berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif. Sedangkan
pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem yang tidak
direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta.
Struktur organisasi-organisasi memberikan kerangka
yang menghubungkan wewenang karena struktur merupakan penetapan dan penghubung
antar posisi para anggota organisasi. Jika seseorang memiliki suatu wewenang,
maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut.
Pada umumnya orang akan menganggap struktur sama
dengan desain organisasi. Sesungguhnya desain organisasi merupakan proses
perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi.
Jadi struktur merupakan hasil dari proses desain. Proses desain merupakan suatu
kegiatan yang bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk atau
hasil dari proses desain tersebut, para perancang desain organisasi harus
merancang sebuah organisasi yang dapat membuat organisasi tersebut tetap
bertahan hidup. Selain itu pemilihan desain organisasi tersebut akan menentukan
besar kecilnya organisasi.Setiap ukuran organisasi akan memberikan keuntungan
masing-masing, namun diharapkan tercapainya tujuan organisasi dan juga
eksistensi dari organisasi.
Tiga
Dimensi Struktur Organisasi
A. Kompleksitas
Mempertimbangkan
tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat
spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki
organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara
geografis.
Diferensiasi :
a. Diffrensiasi horizontal, merujuk pada
tingkat diferensiasi
antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat dari tugas yang
dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya.
Spesialisasi
adalah pengelompokkan
aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu.
Spesialisasi
fungsional = pembagian kerja.
Spesialisasi social = individunya
yang dispesialisasi
Departementalisasi : cara organisasi secara khas mengkoordiinasikan
aktivitas yang telah dideferensiasi secara horizontal. Misal : Berdasarkan
fungsi; geografis;produk; proses
b.
Diffrensiasi
vertical, merujuk pada kedalaman struktur
Misal :
organisasi berbentuk tall atau flat, tergantung dari rentang kendali (span of
control)
c.
Diferensiasi
Spasial, tingkat sejauh mana lokasi dari
kantor,pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis.
B. Formalisasi
Formalisasi, yaitu sejauh mana organisasi menyandarkan dirinya
pada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya.
Keuntungan
adanya standarisasi
:
Standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman
Memudahkan koordinasi
Adanya penghematan
Formalisasi :
a. Bersifat eksternal bagi pegawai, peraturan, prosedur,
dan aturan ditetapkan secara terinci, dikodifikasi, & dilaksanakan
melalui pengawasan langsunng
b. Perilaku yang diinternalkan, melalui nilai, norma
Teknik-teknik
Formalisasi
Seleksi
Persyaratan peran
Peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan.
Pelatihan
Ritual.
C. Sentralisasi
Sentralisasi,
tingkat di mana
pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di dalam organisasi
Hambatan
sentralisasi :
Hanya memperhatikan struktur formal.
Memperhatikan kebebasan dalam pengambilan keputusan.
Konsentrasi pada seseorang, unit atau tingkat.
Kontrol dari top manajemen, tetapi keputusan tetap
terletak pada anggota tingkat rendah.
Keuntungan
desentralisasi :
setiap manajer mempunyai keterbatasan terhadap jumlah
informasi
Dapat menanggapi perubahan dengan cepat.
Memberi masukan lebih rinci bagi pengambil keputusan.
Memotivasi pegawai untuk memberi kesempatan dlm
pengambilan keputusan.
Memberi peluang pelatihan bagi manajer tingkat rendah.
Keuntungan
sentralisasi :
Keputusan komprehensif yang akan diambil.
Penghematan dan lebih efektif
1. Empat keputusan Manajerial
Empat
keputusan manajerial yaitu:
1.
Keputusan terprogram (programmed
decision) Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi / masalah yang cukup
sering terjadi, sehinnga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan
pembuatan keputusan untuk diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan untuk
memesan persediaan ketika persediaan berada pada level tertentu.
2.
Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed
decision) Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak
familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi
penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram melibatkan
perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan
merupakan hal yang sangat kompleks. Kepastian , resiko, ketidakpastian dan
ambiguitas
- Kepastian (certainly)Terjadi jika ionformasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tersedia dengan lengkap. Para manager memiliki informasi mengenai kondisi biaya operasi, biaya, batasan-batasan sumber daya, dari masing-masing tindakan serta kemungkinan perolehan hasil yang akan diperoleh
- Kepastian (certainly)Terjadi jika ionformasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tersedia dengan lengkap. Para manager memiliki informasi mengenai kondisi biaya operasi, biaya, batasan-batasan sumber daya, dari masing-masing tindakan serta kemungkinan perolehan hasil yang akan diperoleh
Ø
Resiko (risk)
Terjadi apabila sebuah keputusan
memiliki sasaran yang jelas dan didasarkan pada informasi yang baik, namun
konsekuensi masa depan dari masing-masing alternative keputusan tidak pasti.
Analisis statistic dapat digunakan untuk mengalkulasi kemungkinan keberhasilan
atau kegagalan. Ukuran resiko dapat mengidentifikasikan kemungkinan kegagalan suatu
alternative dimasa depan.
Ø
Ketidakpastian (uncertainly)
Berarti manajer mengetahui sasaran
mana yang ingin diraih tetapi informasi mengenai alternative dan kejadian masa
depan tidak lengkap. Manajer tidak memiliki informasi yang cukup jelas mengenai
berbagai alternative atau untuk mengestimasi resikonya. Factor-faktor yang
dapat mempengaruhi keputusan seperti harga, biaya produksi, volume atau tingkat
suku bunga. Masa depan sulit di analisis dan diprediksi.
Ø
Ambiguitas (ambiquity)
Ambiguitas selama ini dianggap sebagai
situasi keputusan tersulit yang harus dilakukan. Ambiguitas memiliki arti bahwa
sasaran-sasaran yang harus diraih/masalah yang harus dilakukan tidak jelas.
2. Dimensi Struktur Organisasi
Dalam
kasus-kasus tertentu, ahli organisasi menggunakan pengukuran-pengukuran
untuk menjelaskan dimensi-dimensi dalam
organisasi, diantaranya adalah :
a. Ukuran
: jumlah anggota dalam organisasi.
b. Komponen
administratif : persentase total jumlah anggota yang menjalankan tugas tanggung
jawab administratif.
c. Rentang
kendali : jumlah bawahan yang menjadi yanggung jawab seorang manajer.
d. Spesialisasi
: jumlah kekhususan yang dilakukan dalam organisasi.
e. Standardiasai
: adanya prosedur-prosedur untuk mengatur peristiwa yang berulang.
f. Formalisasi
: sejauh mana aturan-aturan dan komunikasi yang dilakukan secara tertulis.
g. Sentralisasi
: konsentrasi wewenang pengambilan keputusan.
h. Kompleksitas
: jumlah diferensiasi vertikal, jumlah unit atau departemen.
i.
Delegasi wewenang : rasio antara jumlah
keputusan manajerial spesifik yang didelegasikan pucuk pimpinan, dan jumlah
yang diputuskan sendiri.
j.
Integrasi : kualitas kerja sama diantara
unit-unit yang dibutuhkan untuk menyatukan tujuan, atau rencana-rencana dan
umpan balik yang digunakan untuk mengkoordinasikan unit-unit.
k. Diferensiasi
: jumlah fungsi-fungsi khusus yang dijalankan dalam organisasi, atau perbedaan
dalam orientasi kognitif dan emosional diantara pada menejer dari departemen
yang berbeda.
3. Model Desain Organisasi
1.
Model organisasi mekanistik
Yaitu model yang menekankan
pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat tinggi. Henry Fayol
mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi pimpinan untuk
mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan pemahaman model
mekanistik yaitu:
- Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan tenaga individu dan kelompok.
- Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan keahlian.
- Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
- Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
2. Model
Organik
Yaitu menekankan pada pentingnya
mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini
kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisasikan
atau spesialisas yang tinggi.
Model organik desain organisasi
merupakan kontars dari model mekanistik. Karakteristik dan praktek organisasi
yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakteristik dan praktek
yang mendasari model mekanistik. Perbedaan yang paling mencolok antara kedua
model itu berasal dari criteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan
sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk
mencapai efisiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha
untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik
bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan
karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi
manusia.
4. Faktor Penting dalam Mendesain
Organisasi
Desain organisasi telah menjadi
inti kerja manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori
manajemen. Kepentingan keputusan desain telah menstimulasi minat yang besar atas
topik bahasan. Manajer dan pakar teori perilaku organisasi dan peneliti telah
berkontribusi terhadap apa yang disebut sebagai bahan bacaan yang dapat
dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi perlunya mendesain struktur organisasi
adalah pada posisi kehilangan ide. Sangat berbeda, bahan desain organisasi
telah mempunyai sejumlah ide yang menimbulkan konflik yakni bagaimana suatu
organisasi didesain mengoptimalkan efektivitas
Cara
manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi. Bagaimana
kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual, kelompok
dan organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor
ketika mendesain organisasi, di antar satu yang sangat penting adalah
teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja,
tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses
informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang di pilih
organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Secara umum analisis jabatan merupakan suatu proses untuk
mengidentifikasi dan menentukan secara rinci tugas-tugas (duties) dan persyaratan dari suatu jabatan tertentu.
2. Jenis
analisis jabatan menurut Gomes (2003;95-101) membagi dua jenis analisis
jabatan, yaitu analisis jabatan tradisional (traditional job description) dan analisis jabatan yang
berorientasikan hasil (result-orientedjob description).
3.
Model desain organisasi terdiri dari
Organisasi mekanistik serta Organisasi Organik. Organisasi mekanistik Yaitu model
yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat tinggi.
Sementara, model organisasi organik yaitu menekankan pada pentingnya mencapai
keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi.
4. faktor ketika mendesain organisasi, di antar satu yang
sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang
yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima
dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang
di pilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
Demikianlah Postingan PQ kali ini tentang makalah job analisis dan desain organisasi, semoga bermanfaat, wassalm..
Demikianlah Postingan PQ kali ini tentang makalah job analisis dan desain organisasi, semoga bermanfaat, wassalm..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah Kasih atas Kunjungan Anda...