Konsumsi
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna
suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
Definisi konsumsi menurut beberapa
ahli
Menurut Chaney, konsumsi adalah
seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat di pakai untuk
mencirikan dan mengenal mereka, selain (sebagai tambahan) apa yang mungkin
mereka lakukan untuk hidup. Chaney menambahkan, gagasan bahwa konsumsi telah
menjadi (atau sedang menjadi) fokus utama kehidupan sosial dan nilai-nilai
kultural mendasari gagasan lebih umum dari budaya konsumen.
Menurut
Braudrillard, konsumsi adalah sistem yang menjalankan urutan tanda-tanda dan
penyatuan kelompok. Jadi konsumsi itu sekaligus sebagai moral (sebuah
sistemideologi) dan sistem komunikasi, struktur pertukaran. Dengan konsumsi
sebagai moral, maka akan menjadi fungsi sosial yang memiliki organisasi yang
terstruktur yang kemudian memaksa mereka mengikuti paksaan sosial yang tak disadari.
Definisi
konsumsi menurut cara pandang durkemian adalah sebuah perilaku aktif dan
kolektif, ia merupakan sebuah paksaan, sebuah moral, konsumsi adalah sebuah
institusi. Ia adalah keseluruhan nilai yaitu berimplikasi sebagai
fungsiinegrasi kelompok dan integrasi kontrol sosial.
Chaney
menambahkan, gagasan bahwa konsumsi telah menjadi (atau sedang menjadi) fokus
utama kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural mendasari gagasan lebih umum
dari budaya konsumen.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI
Banyak
faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Faktor-faktor tersebut dapat dikasifikasikan menjadi tiga besar :
a. faktor-faktor ekonomi
b. faktor-faktor Non-Ekonomi
b. faktor-faktor Non-Ekonomi
A. Faktor-faktor Ekonomi
1.Tingkat Pendapatan Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
2. Tingkat
Kebutuhan
Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.
3. Jumlah
Barang-barang Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.
4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik mengurangi konsumsi. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk dikonsumsi. Jika tingkat bunga lebih rendah yang terjadi adalah sebaliknya.
5. Perkiraan Taenatang Masa Depan (Household
expectation about the future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat.
6. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan
Distribusi Pendapatan
Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan. 7. Harga Barang Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan.
B. Faktor-faktor Non-Ekonomi
1. Kebiasaan Masyarakat Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan kesejahteraan hidup.
faktor sosial-budaya masyarakat
juga berpengaruh terhadap besarnya konsumsi. Misalnya, berubahnya pola
kebiasaan makan, perubahan etika dam tata nilai karena ingin meniru kelopmok
masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Tidak mengherankan bila ada rumah
tangga yang mengeluarkan uang ratusan juta, bahakan miliarab rupiah, hanya
untuk membeli rumah idaman.
Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa, seingga menyebabkan tejadinya perubahan/peningkatan konsumsi. Karena itu bisa saja terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapat rendah yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuannya.
2. Tingkat Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar. 3. Mode Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi. Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Usaha itu dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan.
4.
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan
memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun rata-rata per
orang atau keluaraga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi
rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi
secara absoult tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada
penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh kali lipat
penduduk Singapura.
|
Teori
Ekonomi Keynes (Keynesianisme)
& Keynesianisme, atau ekonomi
Keynesian atau Teori Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang
didasarkan pada ide ekonomi Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana
baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi
Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor
swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
& Teori ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berbeda dengan teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa proses ekonomi didasari oleh
pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama
dalam perekonomian yang sedang lesu. Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah
dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk
mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang
beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk
berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat
bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan
sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat
normal.
& Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada
kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke
kondisi full
employment (lapangan
kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti
ekonomi
supply-side yang
menganjurkan untuk tidak menambah peredaran uang di masyarakat untuk menjaga titik
keseimbangan di titik yang
ideal.
TEORI KONSUMSI KEYNES – ABSOLUT INCOME HYPOTHESIS
Menururt Keynes, pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan
antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan
mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin
besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya.
Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan menyebabkan selisih
antara produksi nasional (dengan asumsi full employment) dengan tingkat
konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin besar. Agar mencapai penggunaan
tenaga kerja penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih
antara tingkat konsumsi dan produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak
mencapai jumlah tersebut, maka akan terjadi pengangguran. Karena kondisi
tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka pengangguran akan
selalu ada.
Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi
konsumsi jangka pendek.
Keynes tidak
mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes ” in the long
run we’re all dead.” , bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati,
sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi.
Fungsi
konsumsi Keynes dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Fungsi Konsumsi Keynes : C=Co +cYd
Dimana
C =
konsumsi
Co > 0. à Co = Konsumsi subsidi (The Otonom Consumption) yaitu sejumlah konsumsi yang diterima
oleh konsumen apabila pendapatan mereka tidak ada, atau Y = 0.
C = marginal
propensity to consume (MPC)
Yd =
Pendapatan Disposable atau pendapatan yang siap dikonsumsi
Yd = Y – Tx + Tr
Yd = Y – Tx + Tr
Tx adalah Pajak dan Tr adalah
Subsidi atau transfer
2.
Rata-rata konsumsi ( APC = Average Propensity
to Consume) adalah ratio antara jumlah konsumsi terhadap pendapatan, APC=C/Y.
3.
Kecenderungan
tambahan mengkonsumsi (MPC = c = DC/DY =Marginal Propensity to
Consume) adalah sejumlah perubahan konsumsi sebagai akibat dari berubahnya
tingkat pendapatan.
4.
Rata-rata
kecenderungan mengkonsumsi adalah lebih
besar dari pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal atau APC > MPC
APC tidak
boleh konstan jika C0 adalah
tidak nol. Jika Co = 0 maka fungsi konsumsi akan mengurangi ”absolut income hypothesis ” dimana konsumsi sebanding dengan pendapatan. Dan hal
ini tidak konsisten dengan Keynes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah Kasih atas Kunjungan Anda...