BAB II
PENETAPAN
HARGA
Harga
merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk
karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P =
product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga
adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam
satuan moneter.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
II.1. Tujuan Penetapan Harga
Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1. Tujuan
Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan semakin banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, sehingga tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.
Oleh karena itu ada pula perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment)
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan semakin banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, sehingga tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.
Oleh karena itu ada pula perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment)
2. Tujuan
Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan.
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan.
3. Tujuan
Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan
Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
5. Tujuan-tujuan
lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menetapkan posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan laba mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing.
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menetapkan posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan laba mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing.
II.2. Faktor – faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam Penetapan Harga
Secara umum
ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga (Kotler
dan Amstrong, 1984), yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan
eksternal.
·
Faktor Internal Perusahaan
1.
Tujuan Pemasaran
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga
adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimilasi
laba, mempertahankan keangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang
besar, menciptakan kelagsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang benar,
menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lain lain.
2.
Strategi Bauran Pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen dari salah satu
bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling
mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi dan
promosi.
3.
Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal
yang harus ditetapkan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu setia perusahaan pasti menaruh
perhatian besar pada aspek struktur biaya (tetap atau variabel), serta jenis –
jenis biaya lainnya, seperti out-of-pocket
cost, incremental cost, opportunity cos,, controllable cost, dan replacement cost.
Untuk menganalisi pengaruh biaya
terhadap strategi penetapan harga. Ada tiga macam hubungan yang perlu
dipertimbangkan. Pertama, rasio
biaya tetap terhadap biaya variabel. Bila proporsi biaya tetap terhadap biaya
total lebih besar daripada proporsi biaya variabelnya, maka penambahan volume
penjualan akan sangat membantu dalam meningkatkan penghasilan/laba. Situasi
seperti ini dikenal dengan istilah volume
sensitive.
Kedua, skala ekonomis yang tersedia bagi suatu
perusahaan. Bila skala ekonomis yang diperoleh dari operasi perusahaan cukup
besar, maka perusahaan yang bersangkutan perlu merencanakan peningkatan pangsa
pasar dan harus memperhitungkan harapan atas penurunan biaya dalam menentukan
harga jangka penjangnya. Alternatif lainnya adalah bila pengalaman perusahaan
diharapkan bisa menghasilkan penurunan biaya, maka harga dapat diturunkan dalam
jangka penjang guna meraih pangsa pasar yang lebih besar.
Ketiga, struktur
biaya perusahaan dibandingkan biaya pesaingnya. Bila sebuah perusahaan memiliki
struktur biaya yang lebih rendah daripada pesaingnya, maka ia akan memperoleh
laba tambahan dengan memperthankan harga pada tingkat kompetitif. Laba tambahan
tersebut dapat dipakai untuk mempromosikan produknya secara agresif.
Sebaliknya, bila biaya suatu perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan
pesaingnya, maka jangan sampai ia berinisiatif untuk menurunkan harga, karena
itu hanya akan mengarah pada ‘perang harga’ dan ia pasti rugi.
4.
Organisasi
Manajemen
perlu memutuskan siapa didalam di dalam organisasi yang harus menetapkan harga.
Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya masing –
masing. Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen puncak.
Pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh divisi
atau manejer suatu lini produk. Dalam
pasar industri, para wiraniaga (salespeople)
diperkenankan untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan rentang (range) harga tertentu. Dalam
industri di mana penetapan harga
merupakan faktor kunci (misalnya perusahaan minyak, penerbangan luar angkasa),
biasanya setiap perusahaan memiliki departement pemasaran atau manajemen
puncak. Pihak – pihak lain yang memiliki pengaruh terhadap penetapan harga
adalah manajer penjualan, manajer produksi, manajer keuangan dan akuntan.
·
Faktor Eksternal
1.
Sifat Pasar dan Permintaan
Setiap perusahaan perlu mamahami sifat pasar dan
permintan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna,
persaingan monopolistik, oligopoli, atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah elastisitas permintaan.
2.
Persaingan
Menurut porter (1985), ada lima kekuatan poko yang
berpengaruh dalam persaingan suatu industri, yaitu persaingan dalam industri
persaingan yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, dan
ancaman pelanggan pendatang baru. Informasi – informasi yang dibutuhkan untuk
menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi :
a)
Jumlah perusahaan dalam industri
Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri, maka
secara teoritis perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya seberapa
pun. Akan tetapi sebaliknya, bila industri terdiri atas banyak perusahaan, maka
persaingan harga terjadi. Bila produk yang dihasilkan tidak terdiferensiasi,
maka hanya pemimpin industri yang leluasa menentukan perubahan harga.
b)
Ukuran relatif setiap anggota dalam
industri
Bila perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar, maka
perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan harga. Bila
pangsa pasarnya kecil, maka hanya menjadi pengikut.
c)
Diferensiasi Produk
Bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi
dalam industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan
harganya, bahkan sekalipun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam
industri.
d)
Kemudahan untuk memasuki industri
yang bersangkutan
Bila suatu industri mudah untuk dimasuki, maka
perusahaan yang ada sulit mempengaruhi atau mengendalikan harga. Sedangkan bila
ada hambatan masuk ke pasar maka perusahaan – perusahaan yang sudah ada dalam
industri tersebut dapat mengendalikan harga. Hambatan masuk ke pasar dapat
berupa :
§
Persyaratan teknologi
§
Investasi modal yang besar
§
Ketidaktersediaan bahan baku pokok/utama
§
Skala ekonomis yang sudah dicapai
perusahaan – perusahaan yang telah ada dan sulit diraih oleh pendatang baru.
§
Kendali atas SDA olrh perusahaan –
perusahaan yang sudah ada
§
Keahlian dalam pemasaran
3.
Unsur – unsur eksternal lainnya
Selain faktor – faktor diatas, perusahaan juga perlu
mempertimbangkan faktor kondisi ekonomi, kebijakan dan peraturan pemerintah dan
aspek sosial.
II.3. METODE PENETAPAN HARGA
Secara garis
besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama,
yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba
dan berbasis persaingan.
§
Metode Penetapan Harga Berbasis
Permintaan
Metode ini lebih menekankan faktor – faktor yang
memperngaruhi selera dan preferensi pelanggan daripada faktor – faktor seperti
biaya, laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada
berbagai peritimbangan diantaranya yaitu ;
a)
Kemampuan para pelanggan untuk
membeli (daya beli)
b)
Kemauan pelanggan untuk membeli
c)
Posisi suatu produk dalam gaya hidup
pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau
hanya produk yang digunakan sehari – hari
d)
Manfaat yang diberikan produk
tersebut kepada pelanggan
e)
Harga produk – produk substitusi
f)
Pasar potensial bagi produk tersebut
g)
Sifat persaingan non – harga
h)
Perilaku konsumen secara umum
i)
Segmen – segmen dalam pasar
Paling sedikit ada tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode
penetapan harga berbasis permintaan, yaitu
1.
Skimming
Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga
tinggi bagi suatu produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian
menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru
bisa berjalan baik jika konsumen tidak sensitf terhadap harga, tetapi lenih
menekankan pertimbangan – pertimbangan kualitas, inovasi, dan kemampuan produk
tersebut dalam memuaskan kebutuhannya.
2.
Penetration
Pricing
Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan
suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh
volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat. Selain itu strategi
ini juga bertujuan untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi biaya perunit.
Pada saat yang bersamaan strategi penetrasi juga dapat mengurangi minat dan
kemampuan pesaing, karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh
perusahaan setiap perusahaan menjadi terbatas.
3.
Prestige
Pricing
Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran
kualitas atau prestise suatu barang/jasa. Dengan demikian bila harga diturunkan
sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut aka
turun. Prestige Pricing merupakan
strategi menetapkan harga tingkat yang tinggi sehingga konsumen yang sangat
peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk, dan kemudian membelinya.
4.
Price Lining
Digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari
satu jenis. Harga lini produk tersebut dapat bervariasi dan ditetapkan pada
tingkat harga tertentu yang berbeda.
5.
Odd – Even
Pricing
Yakni harga yang besarnya mendekati jumlah genap
tertentu. Pada praktiknya memang untuk satuan atau kuantitas yang kecil,
strategi ini kurang mengena sasaran. Tetapi bila menyangkut satuan atau kuantitas besar
ataupun dikaitkan dengan pembelian berbagai macam produk lainnya, maka hasilnya
akan efektif
6.
Demand –
Backward Pricing
Perusahaan kadang kala memperkirakan suatu tingkat
harga yang bersedia dibayar kosumen untuk produk – produk yang relatif mahal.
Kemudia perusahaan tersebut menentukan marjin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah itu barulah harga harga jualnya dapat ditentukan.
7.
Bundle
Pricing
Merupakan strategi pemasaran dua atau lebih produk
dalam satu harga paket. Bundle Pricing didasarkan
pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu paket tertentu
secara keseluruhan daripada nilai masing – masing item secara individual.
Strategi ini memberikan manfaat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat
menghemat biaya total, sedangkan pennjual dapat menekan biaya pemasarannya.
§
Metode Penetapan Harga Berbasis
Biaya
Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama
adalah aspek penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan
berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga
dapat menutupi biaya – biaya langsung, biaya overhead dan laba.
1.
Standard
Markup Pricing
Harga ditentukan dengan jalan menambahkan persentase
tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk. Metode ini banyak
diterapkan disupemarket dan toko – toko eceran lainnya yang menawarkan lini
produk.
2.
Cost
Plus Percentage of Cost Pricing
Dalam Cost
Plus Percentage of Cost Pricing, perusahaan
menambahkan persentase tertentu terhadap biaya produksi atau konstruksi. Metode
ini sering kali digunakan untuk menentukan harga suatu item atau hanya beberapa
item.
3.
Cost Plus
Fixed Fee Pricing
Metode ini banyak digunakan dalam produk – produk yang
sifatnya sangat teknikal, seperti mobil, pesawat atau saatelit. Dalam strategi
ini pemasok atau produsen akan mendapatkan ganti atas semua biaya yang
dikeluarkan, seberapapun besarnya, tetapi produsen tersebut hanya memperoleh
fee tertentu sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final proyek
tersebut yang disepakati bersama.
4.
Experience
Curve Pricing
Metode ini dikembangkan atas dasar konsep efek belajar
yang menyatakan bahwa unit cost barang
dan jasa akan menurun antara 10 hingga 30% untuk setiap peningkatan sebesar dua
kali lipat pada pengalaman perusahaan.dalam memproduksi dan menjual barang atau
jasa tersebut. berdasarkan konsep ini biaya rata – rata perunit dapat
dperkirakan secara matematis.
§
Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
\
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan
biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target
volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhada[ penjualan
atau invertasi.
1.
Target
Profit Pricing
Target
Profit Pricing umumnya berupa ketetapan atas besarnya target laba
tahunan yang dinyatakan secara spesifik.
2.
Target
Return On Sales Pricing
Dalam metode ini, perusahaan menetapkan tingkat harga
tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam persentase tertentu terhadap volume
penjualan. Biasanya metode ini banyak digunakan oleh jaringan – jaringan
seupermarket.
3.
Target
Return On Investment Pricing
Dalam metode ini
perusahaan menetapkan besarnya suatu target ROI tahunan, yaitu rasio
antara laba dengan investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas
produksi dan aset yang mendukung produk tertentu. Kemudian harga ditentukan
agar dapat mencapai target ROI tersebut.
§
Metode Penetapan Harga Berdasarkan
Persaingan
Metode Penetapan Harga Berdasarkan Persaingan
merupakan apa yang dilakukan para pesaing. Metode Penetapan Harga Berdasarkan
Persaingan terdiri atas empat macam yaitu :
1.
Customary
Pricing
Metode ini digunakan untuk produk – produk yang
harganya ditentukan oleh faktor – faktor seperti tradisi, saluran distribusi
yang terstandarisasi, atau fak tor persaingan lainnya. Penetapan harga yang
dilakukan berpegang teguh pada tingkat harga tradisional. Perusahaan berusaha
untuk tidak mengubah harga di luar batas – batas yang diterima.
2.
Above, At,
or Below Market Pricing
Dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga yang lenih
tinggi daripada harga pasar. Metode ini hanya sesuai digunakan oleh perusahaan
yang sudah memiliki reputasi atau perusahaan yang menghasilkan barang – barang
prestise.
3.
Loss Leader
Pricing
Kadangkala untuk keperluan promosi khusus, ada
perusahaan yang menjual harga suatu produk dibawah biayanya. Tujuannya bukan
untuk meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan, tetapi untuk menarik
konsumen supaya datang ke toko dan membeli pula produk – produk lainnya,
khusunya produk – produk yang bermarkup cukup tinggi. Jadi, suatu produk
dijadikan semacam penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga laku.
4. Sealed Bid Pricing
Metode ini menggunakan sistem penawaran harga dan
biasanya melibatkan agen pembelian. Jadi, bila ada perusahaan atau lembaga yang
ingin membeli suatu produk, maka yang bersangkutan menggunakan jasa agen
pembelian untuk menyampaikan spesifikasi produk yang dibutuhkan kepada calon
produsen.
II.4. Penyesuain – penyesuaian Khusus Terhadap
Harga
Penyesuain khusus terhadap harga
menurut daftar terdiri atas Diskon, Allowance, dan penyesuaian Geografis.
§
Diskon
Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli
yang menyenangkan bagi penjual. Diskon dibedakan menjadi empat yaitu :
1.
Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas merupakan potongan harga yang diberikan
guna mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga
meningkatkan volume penjualan secara keseluruhan.
2.
Diskon musiman
Diskon musiman adalah potongan harga yang diberikan
hanya pada masa – masa tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk mendorng
konsumen agar membeli barang – barang yang sebenarnnya baru akan dibutuhkan
beberapa waktu mendatang.
3.
Diskon kas
Dalam berbagai transaksi jual beli seringkali
diterapkan cara pembayaran kredit. Melalui cara ini pembeli memperoleh manfaat
berupa lebih singkatnya jangka waktu perputaran dana. Akan tetapi, cara ini
dapat memberatkan para penjual karena dananya terikat pada piutang dalam jangka
waktu yang cukup lama.
4.
Trade Discount
Diberikan oleh produsen kepada para penyalur yang
terlibat dalam pendistribusian barang dan pelaksanaan fungsi – fungsi tertentu
seperti penjualan, penyimpanan, dam recor keeping.
§
Allowance
Allowance merupakan pengurangan dari harga kepada
pembeli karena adanya aktivitas – aktivitas tertentu yang dilakukan pembeli.
Ada tiga bentuk allowance yang biasa digunalan yaitu :
1.
Trade-in
Allowance
Merupakan potongan harga yang diberikan dalam sistem tukar
tambah.
2.
Promotional
Allowance
Diberikan kepada setiap penjual dalam jaringan
distribusi perusahaan yang melakukan aktivitas periklanan atau penjualan
tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen.
3.
Product
Allowance
Merupakan potongan harga yang diberikan kepada para
pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi tidak normal.
§
Penyesuai Geografis
Merupakan penyesuain terhadap harga yang dilakukan
oleh produsen atau juga wholesaler
sehubungan dengan biaya tranportasi produk dari penjual kepada pembeli. Biaya
tranportasi ini merupakan salah satu unsur penting dalam biaya variabel total
yang tentunya akan menentukan harga akhir yang harus dibayar oleh pembeli. Ada
dua metode yang biasa digunakan untuk melakukan penyesuaian geografis yaitu :
1.
FOB origin pricing
Berarti penjual menanggung semua biaya sampai pemuatan
produk ke kendaraan pengangkut yang digunakan.
2.
Dalam metode ini, harga yang
ditetapkan penjual juga mencakup semua biaya transportasi. Penjual menentukan
cara pengangkutan, membayar biaya pengangkutan dan bertanggung jawab atas
segala kerusakan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu tanggung jawab penjual
adalah sampai produk diterima pembeli.
II.5. STRATEGI PENETAPAN HARGA
Secara garis besar strategi
penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi 8 kelompok yaitu :
1.
Strategi Penetapan Harga Produk Baru
2.
Strategi Penetapan Harga Produk yang
Sudah Mapan
3.
Strategi Fleksibilitas Harga
4.
Strategi Penetapan Harga Lini Produk
5.
Strategi Leasing
6.
Strategi Bundling – Pricing
7.
Strategi Kepemimpinan Harga
8.
Strategi Penetapan Harga
9.
Strategi Penetapan Harga untuk
membentuk Pangsa Pasar
1.
Strategi Penetapan Harga Produk Baru
Harga yang ditetapkan atas suatu
produk baru harus dapat memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan pasar.
Selain itu juga sedapat, mungkin mencegah timbulnya persaingan sengit. Pada
hakekatnya ada dua strategi pokok dalam menetapkan harga produk baru, yaitu skimming pricing dan penetration pricing.
a.
Skimming Pricing
Strategi ini merupakan strategi yang menetapkan harga
tinggi pada suatu produk baru. Biasanya strategi ini dilengkapi dengan
aktivitas prmosi yang gencar. Produk – produk yang harganya ditetapkan dengan
strategi ini diantaranya produk – produk yang berkaitan dengan teknologi baru
b.
Penetration Pricing
Dalam strategi ini harga ditetapkan relatif rendah
pada tahap awal Product Life Cycle (PLC).
Tujutannya adalah agar dapat meraih pangsa pasar yang besar dan sekaligus
menghalangi masuknya para pesaing. Dengan harga yang rendah, maka perusahaan
dapat pula mengupayakan tercapainya skala ekonomis dan menurunnya biaya
perunit. Strategi ini memiliki perspektif jangka panjang dimana laba jangka
pendek dikorbankan demi tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
2.
Strategi Penetapan Harga Produk yang
Sudah Mapan
Dalam melakukan penilaian kembali
terhadap strategi penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan memiliki
tiga alternatif strategi yaitu mempertahankan harga, menurunkan harga dan
menaikkan harga.
a.
Mempertahankan Harga
Strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan
posisi dalam pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di masyarakat.
Melalui strategi mempertahankan harga, perusahaan berharap akan memperoleh
hasil berupa status quo posisi
perusahaan dipasar dan semakin baiknya image masyarakat terhadap perusahaan.
Pada gilirannya kedua hal ini akan bermanfaat bagi perkembangan perusahaan
dimasa yang akan datang.
b.
Menurunkan Harga
Ada tiga penyebab atau alasan yang mendorong suatu
perusahaan perlu menurunkan harga produk – produknya yang sudah mapan. Ketiga
alasan tersebut adalah :
°
Strategi defensif, dimana perusahaan
memotong harga guna menghadapi persaingan yang semakin ketat.
°
Strategi ofensif, dimana perusahaan
berusaha memenangkan persaingan. Hal ini erat hubungannya dengan konsep kurva
pengalaman yang intinya menyatakan bahwa biaya perusahaan akan menurun dalam
persentase tertentu setiap kali pengalamannya berlipat ganda.
°
Respon terhadap kebutuhan pelanggan
yang disebabkan oleh perusahaan lingkungan. Adanya inflasi yang berkelanjutan dan
tingkat harga yang semakin melonjak dapat menyebabkan konsumen menjadi sensitif
terhadap harga dan setiap alternatif produk yang ada.
c.
Menaikkan Harga
Biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan
profitabilitas dalam periode inflasi, mengambil keuntungan dari diferensiasi
produk atau untuk melakukan segmentasi pasar yang dilayani. Dalam situasi
inflasi, harga perlu disesuaikan bila perusahaan bermaksud untuk mempertahankan
profitabilitasnya. Hal ini karena semua elemen dan jenis biaya menjadi meningkat
pada periode inflasi.
3.
Strategi Fleksibilitas Harga
Strategi fleksibilitas harga terdiri
atas dua macam strategi yaitu strategi satu harga (harga tunggal) dan strategi
penetapan harga fleksibel.
·
Strategi satu harga (harga tunggal)
Dalam strategi ini perusahaan
membebankan harga yang sama kepada setiap pelanggan yang membeli produk dengan
kualitas dan kuantitas yang sama pada kondisi yang sama pula. Strategi ini
sering dijumpai pada perusahaan – perusahaan yang melakukan distribusi masa dan
penjualan masa. Tujuan strategi ini adalah untuk mempermudah keputusan
penetapan harga dan untuk mempertahankan goodwill
serta menjalin hubungan baik dengan semua pelanggan.
·
Strategi Penetapan Harga Fleksibel
Merupakan strategi pembebanan harga yang berbeda
kepada pelanggan yang berbeda untuk produk yang kualitasnya sama. Tujuan
strategi ini adalah untuk memaksimalkan laba jangka panjang dan memberikan
keluwesan dengan jalan memungkinkan setiap penyesuaian, baik kebawah maupun
keatas terhadap harga. Penyesuaian harga sangat tergantung pada tingkat
persaingan yang dihadapi, hubungan dengan pelanggan, dan seberapa besar
pelanggan bersedia membayar untuk produk tersebut.
4.
Strategi Penetapan Harga Produk
Strategi ini dilakukan dengan jalan
menetapkan harga suatu lini produk berdasarkan hubungan dan dampak setiap
produk lininya, apakah kompetitif atau komplementer. Tujuannya adalah untuk
memaksimalkan laba dari keseluruhan lini produk.
Persyaratan yang perlu dipertimbangkan :
a.
Untuk produk yang ada dalam lini,
strategi akan disusun berdasarkan kontribusi terhadap pangsa rata – rata dari
biaya overhead dan biaya langsung
b.
Untuk produk baru, analisis produk
akan menentukan apakah produk tersebut akan menguntungkan. Penetapan harga
kemudian menjadi fungsi dari biaya, sasaran laba, pengalaman, dan persaingan
eksternal.
Hasil yang
diharapkan :
a.
Skedul penetapan harga seimbang dan
konsisten diantara berbagai produk
b.
Laba jangka panjang yang semakin
besar
c.
Kinerja lini secara keseluruhan yang
lebih baik
5.
Strategi Leasing
Leasing merupakan suatu kontrak persetujuan antara
pemilik aktiva dan pihak kedua yang memanfaatkan aktiva tersebut untuk jangka
waktu tertentu dengan tingkat return tertentu.
Pihak kedua yang memanfaatkan aktiva tersebut mendapatkan manfaat yaitu dapat
menggunakan suatu aktiva tanpa harus membeli sendiri.sedangkan pihak pemilik
akriva mendapatkan uang secara periodik. Ada dua jenis leasing yang sering
dijumpai, yaitu :
a.
Operating
Lease, yaitu leasing
yang jangka waktunya dapat dibatalkan dan biasanya jangka waktu tersebut lebih
singkat daripada umur ekonomis aktiva yang dileasingkan.
b.
Financial
Lease, yaitu leasing dalam jangka waktu panjang dan tidak
dapat dibatalkan. Dalam financial lease diwajbkan
untuk membayar sewa sampai akhir umur ekonomis aktiva.
Tujuan dari
Leasing :
a.
Untuk meningkatkan pertumbuhan pasar
dengan menarik pelanggan yang ridak mampu membeli sekaligus
b.
Untuk merealisasikan laba jangka
panjang yang lebih besar, karena biaya produksi diamortisasikan secara penuh.
Biaya sewa merupakan laba.
c.
Untuk meningkatkan aliran kas
d.
Agar dapat memperoleh aliran laba
yang stabil
e.
Untuk menghindari resiko kerugian
akibat keusangan teknologi.
6.
Strategi Bundling Pricing
Strategi ini memasukkan marjin ekstra dalam harga
untuk menutupi bermacam – macam fungsi dan jasa pendukung yang dibutuhkan untuk
menjual dan memertahankan produk selama masa manfaatnya. Ada beberapa tujuan
dari Bundling Pricing yaitu :
a.
Untuk mendapatkan jaminan bahwa
aktiva akan dipelihara dan dijaga dalam keadaan yang baik sehingga dapat dijual
kembali
b.
Untuk menghasilkan pendapatan ekstra
guna menutup biaya yang diantisipasi dari pemberian jasa dan pemeliharaan
produk
c.
Untuk menghasilkan pendapatan guna
mendukung personil purna jual
d.
Untuk membentuk dana kontigensi
untuk sesuatu yang tidak dapat diantisipasi
e.
Untuk membangun dan membina hubungan
dengan pelanggan
f.
Untuk menghambat persaingan dengan
pelayanan dan dukungan purna jual gratis
7.
Strategi kepemimpinan Harga
Strategi ini digunakan oleh pemimpin pasar dalam suatu
industri untuk melakukan perubahan harga yang diikuti oleh perusahaan –
perusahaan lain dalam industri tersebut. Tujuannya adalah untuk melakukan
pengendalian terhadap keputusan penetapan harga dalam industri yang mendukung
strategi pemasaran perusahaan pemimpin. Situasi yang mendukung terlaksananya
strategi ini antara lain :
a.
Situasi oligopolistik
b.
Industri dimana semua perusahaan
dipengaruhi oleh variabel harga yang sama
c.
Industri dimana semua perusahaan
memiliki tujuan penetapan harga yang umum
d.
Permahaman yang sempurna mengenai
keadaan industri. Kesalahan dalam penetapan harga berarti kehilangan kendali
Melalui strategi kepemimpinan harga diharapkan akan
tercapai beberapa hasil berikut :
a.
Mencegah perang harga yang dapat
mergikan semua pihak yang terlibat
b.
Perubahan penetapan harga yang
stabil
c.
Pangsa pasar yang stabil
8.
Stretegi Penetapan Harga Untuk
Membentuk Pangsa Pasar
Strategi ini dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga
serendah mungkin untuk produk baru. Tujuannya adalah untuk meraih pangsa pasar
yang besar, sehingga perusahaan mampu memiliki keunggulan biaya dan pasarnya
tidak dapat dikuasai oleh pesaing. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
strategi ini adalah :
a.
Sumber daya yang cukup untuk
bertahan pada kerugian operasi awal yang akan ditutupi kemudian melalui skala
ekonomis
b.
Pasar yang sensitif terhadap harga
c.
Pasar yang luas
d.
Elastisitas permintaan tinggi
Hasil yang
diharapkan dari strategi ini meliputi :
a.
Kerugian dalam tahap awal bermanfaat
untuk membentuk pangsa pasar.
b.
Terbentuknya barrier to entry pada industri yang bersangkutan.
c.
Cost
Leadership dalam industry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah Kasih atas Kunjungan Anda...